Suatu hari adik perempuan penulis menceritakan kenangan indahnya bersama almarhum ayah kami. Ia pergi ke Taman Safari Indonesia bersama ayah. Selama perjalanan, hanya ia yang menikmati memandang binatang-binatang di kebun binatang tersebut. Meskipun binatang-binatang berkeliaran di sekeliling mobil, ayah kami hanya memandangnya sekilas. Adik penulis berkata, "Sepertinya Papah nggak tertarik melihat binatang-binatang itu, Papah ke Taman Safari ingin menyenangkan aku aja."
Meskipun ayah kami bukan tipe orang yang romantis dalam ucapan, tapi kami bisa merasakan cintanya kepada kami. Segala pelayanan yang diberikan untuk menyenangkan hati kami sudah cukup buat kami untuk memahami kasih sayangnya. Walaupun pengungkapan cintanya tanpa kata-kata “sayang” atau “cinta”, rasanya kami lebih beruntung dibandingkan anak tetangga. Bahasa cintanya yang diterapkan aneh. Jika waktu petang telah tiba, ia dikejar-kejar dengan sebatang kayu dan dipaksa pulang untuk segera mandi.
Para Pecinta Ingin Membahagiakan Kekasihnya
Menyenangkan anaknya adalah hal yang biasa dilakukan oleh para orang tua. Kebahagiaan orang tua menyertai kebahagiaan anaknya. Melihat mata anaknya berbinar adalah kebahagiaan buatnya. Sebaliknya, air mata yang menetes di pipi anaknya bisa membuat hancur hatinya.
Di dalam kitab Adab al-Mufrad, kitab yang berisi kumpulan hadits-hadits tentang adab dan akhlaq seorang muslim yang ditulis oleh Imam Al-Bukhari diceritakan tentang seorang ibu dan dua anaknya.
Datang seorang wanita kepada Aisyah RA (meminta-minta), Aisyah RA memberinya tiga butir kurma. Wanita itu memberi masing-masing anaknya satu butir kurma, dan menyimpan sebutir lainnya untuk dirinya sendiri. Setelah kedua anaknya memakan kurma, keduanya menatap pada ibunya. Sang ibu mengambil kurma (jatahnya) kemudian membelahnya. Ia memberi masing-masing anaknya separuh kurma tersebut. Tak berselang lama, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang. Aisyah RA menceritakan peristiwa (yang baru saja disaksikannya). Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Apa yang mengejutkanmu dari itu? Sungguh Allah telah merahmati ibu tersebut karena kasih sayangnya kepada anaknya.”
Cinta yang tulus adalah cinta yang membuat seseorang ingin membahagiakan orang yang ia cintai seperti ia ingin membahagiakan dirinya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Tidaklah sempurna iman kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika orang yang ia cintai bersedih karena kehilangan sesuatu, ia sibuk ikut mencari seakan-akan ialah yang kehilangan hal itu. Ketika yang ia cintai merasa berbahagia, maka ialah yang justru merayakannya karena merasa senang.
Para Pecinta Sangat Mengenal Kekasihnya
Seseorang yang mencintai kekasihnya biasanya mengenal dengan baik kegemaran kekasihnya. Ia juga mengetahui hal-hal yang dibenci kekasihnya. Penulis pernah mengikuti seminar keluarga. Di dalam acara tersebut para peserta diminta menulis makanan, sahabat, dan hal-hal lain yang disukai atau dibenci pasangannya. Ternyata istri penulis termasuk yang bisa menebak dengan tepat makanan yang paling penulis sukai dan sahabat yang paling akrab dengan penulis.
Menebak kesukaan dan ketidaksukaan kekasih tentu adalah hal yang mudah bagi pecinta sejati. Keinginannya untuk membahagiakan orang lain membuatnya memperhatikan hal-hal yang disukai atau dibenci kekasihnya. Itulah yang membuat seorang ibu akan memasak masakan tertentu ketika anaknya pulang merantau. Ia telah mengetahui makanan kesukaan anaknya.
Suatu hari teman penulis bercerita bahwa ia pernah makan di rumah mertuanya. Ia mendengar mertuanya berkata kepada istrinya, “Tuh kamu lihat suamimu makannya lahap sekali. Berarti ia suka makanan itu.” Istrinya berkata sambil tertawa, “Dia memang rakus, apapun makanannya, ya seperti itu makannya.” Ternyata istrinya gagal menebak makanan kesukaan suaminya karena suaminya memang selalu lahap kalau makan.
Kebahagiaan pecinta sejati bukan hanya menyertai kebahagiaan yang dicintainya. Pecinta sejati terkadang secara tidak sadar berubah kegemarannya mengikuti kegemaran orang yang ia cintai. Tidak heran banyak orang yang setelah menikah, hobinya berubah mengikuti hobi kekasihnya.
Kondisi sebaliknya adalah jika seseorang membenci sesuatu, maka segala hal yang berhubungan dengan sesuatu tersebut akan ia benci. Jika orang yang ia benci suka memakai baju warna kuning, maka ia menjadi benci dengan warna kuning. Kalimat yang terucap dari pembenci adalah, “Jangan sebut-sebut nama dia di hadapanku!” Saking bencinya, jangankan memandang wajahnya, mendengar namanya pun tidak ia tidak suka.
Pepatah mengatakan “Cinta membuat buta.” Ketika sudah jatuh cinta, seseorang tidak mampu lagi melihat kekurangannya. Ia akan mudah memaafkan kekurangan orang yang ia cintai dan membuat seribu alasan untuk membelanya. Baginya semua tampak indah. Jangankan melihat orangnya, melihat pagar rumahnya saja sudah membuat dadanya berguncang.
Sebagaimana cinta akan membuat seseorang tidak mampu melihat kekurangan, demikian juga dengan benci membuat orang buta dengan kelebihan. Jika sudah benci semua tampak buruk. Meskipun seseorang suka menolong orang lain, rajin ke masjid, dan membaca Al-Quran, pembenci akan berkata, “ Ah, akting aja itu, paling riya, pingin dipuji.”
Nabi Muhammad SAW bersabda:
Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa. (HR. Al-Baihaqi)
Para Pecinta Akan Mentaati Kekasihnya
Orang yang sempurna keimanannya pasti memiliki cinta yang kuat kepada Rasulullah SAW. Kecintaannya membuat ia mencintai semua yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Ia juga mencintai semua orang yang mencintai Rasulullah SAW.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka (HR. Bukhari)
Fenomena perlakuan para shahabat Anshar terhadap para sahabat Muhajirin menjadi contoh nyata ketulusan cinta terhadap Allah SWT. Para sahabat Anshar sangat mencintai para sahabat Muhajirin meskipun mereka semula tidak saling kenal. Mereka mencintai para sahabat Muhajirin karena para sahabat Muhajrin telah membuktikan cintanya kepada Allah SWT. Para sahabat Muhajirin rela meninggalkan harta, rumah, dan ladangnya di Mekah demi Allah SWT.
Di Madinah para sahabat Anshar menanti-nanti kedatangan para sahabat Muhajirin yang hijrah dari Mekah. Ketika para sahabat Muhajirin sampai di Madinah, mereka diperebutkan oleh para sahabat Anshar untuk dibawa ke rumah untuk dijamu dan diberikan tempat tinggal.
Perbuatan kaum Anshar kepada kaum Muhajirin diabadikan di dalam Al-Quran:
Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidaklah menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas diri mereka sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang–orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr ayat 9)
Oleh karena hawa nafsu orang beriman mengikuti apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT maka menjalankan perintah Allah SWT bukanlah hal yang sulit. Segala hal yang perintahkan menjadi hal yang indah. Segala hal yang haram menjadi terasa menjijikan. Jika ada seorang muslim yang menyukai memakan babi, bangkai, atau darah, maka kemungkinannya ada dua sebab. Ia belum tahu bahwa itu haram, atau belum sempurna imannya sehingga belum kuat rasa cintanya kepada Allah SWT.
Wallahu a’lam bisshowab
Posting Komentar