“Aku harus pulang, anakku sakit.”, Rini berkata kepada teman-temannya. Padahal mereka baru saja check in di hotel tempat acara yang diadakan perusahaan. Teman-temannya membujuk untuk tetap tinggal karena suaminya pasti bisa merawat anaknya. Selain itu ada anak sulungnya yang perempuan yang bisa membantu merawat.
Rini bersikeras tetap ingin pulang. Ia mengatakan bahwa anaknya membutuhkan dirinya. Ia tahu suaminya bisa merawat anaknya. Namun, anaknya akan lebih cepat sembuh jika bersamanya. Ia tidak ingin anaknya lebih lama menderita.
Kenapa para ibu sangat mencintai anaknya? Apalagi anak yang masih berusia bayi. Seorang ibu menjadi perkasa dan tahan menderita untuk melayani anaknya. Apa karakteristik dan sifat bayi yang membuat dirinya menjadi istimewa bagi seorang ibu?
Bayi memiliki sifat-sifat yang diciptakan Allah SWT yang menumbuhkan cinta ibu kepadanya. Sifat-sifat yang membuat ibu lebih mengutamakan bayinya daripada dirinya sendiri. Rela lelah menggendong agar bayi tidur dengan lelap. Rela kelaparan demi bayinya kenyang. Bahkan ada yang rela mati demi bayinya selamat.
Manusia yang bertingkah laku kepada Allah SWT seperti bayi kepada ibunya, akan mendapat cinta Allah SWT. Apa saja sifat-sifat bayi yang membuatnya layak dicintai? Tentu para ibu yang lebih fasih menjawabnya. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Bayi Makhluk Lemah dan Sangat Membutuhkan Pertolongan.
Bayi mengandalkan tangisan untuk memanggil ibunya. Ia kadang merengek meminta belas kasihan ibunya. Ia merasa sangat membutuhkan ibunya. Apa yang dilakukan bayi sesuai dengan konsep “Laa haula wa laa quwwata illa billah” yang artinya “Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah”.
Manusia sebenarnya faqir dan tidak memiliki apa-apa. Allah SWT yang selalu memberinya kehidupan dengan mendenyutkan jantungnya dan memompa paru-parunya. Namun banyak manusia yang merasa tidak membutuhkan Allah SWT.
Manusia yang tidak merasa membutuhkan Allah SWT adalah manusia yang sombong. Di dalam hadits qudsi, Allah SWT senang jika hambaNya berdoa karena membutuhkanNya:
Pergilah kepada hambaKu, lalu timpakanlah ujian kepada mereka, karena Aku rindu mendengar rintihannya. (HR. Thabrani)
Doa adalah ibadah. Doa menunjukkan pengakuan bahwa hamba membutuhkan Allah SWT. Umar bin Khattab berkata, “Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa.”
Manusia yang setiap detiknya mengharapkan pertolongan Allah SWT di dalam kehidupannya pada dasarnya telah menghambakan dirinya sepanjang masa. Ia tidak pernah merasa mampu tanpa pertolongann Allah SWT meskipun hanya sebentar. Meskipun hanya sekejap mata. Ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW:
Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda pada Fatimah, “Apa yang menghalangimu untuk mendengar wasiatku atau yang kuingatkan padamu setiap pagi dan petang yaitu ucapkanlah: “Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan (artinya: Wahai Tuhan Yang Maha Hidup, wahai Tuhan Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya).” (HR. Ibnu As Sunni)
Ciri khas mereka yang merasa bergantung setiap saat kepada Allah SWT adalah mereka tidak lupa mengucapkan basmalah ketika akan memulai sesuatu. Setelah menyelesaikannya, mereka melantunkan pujian kepada Allah SWT dengan mengucapkan alhamdulillah. Mereka sering berdoa sesuai perintah di dalam Al-Quran:
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. Al-Mu’min ayat 60)
Bayi Hanya Bergantung kepada Ibunya
Saat bayi membutuhkan pertolongan maka ia menangis. Tangisannya ditujukan untuk ibunya. Ketika orang lain datang untuk membantunya, ia terus menangis karena ibunyalah yang ia panggil, bukan orang lain.
Saat ibunya datang menggendong, barulah ia menghentikan tangisnya dan mulai terisak-isak. Bayi tidak membutuhkan orang lain. Ia hanya bergantung kepada ibunya. Itu yang membuat ibunya makin mencintainya.
Manusia yang hanya bergantung kepada Allah SWT akan mendapat cintaNya. Kalimat “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” yang dibaca saat sholat adalah kalimat yang menunjukkan ke-Maha Esa-an Allah SWT di dalam hatinya. Mereka yang meminta kepada sesuatu selain Allah SWT (patung berhala, kuburan) telah melakukan perbuatan syirik. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa ayat 48)
Manakah yang pertama kali muncul di dalam benak seseorang ketika menghadapi masalah? Apakah ia mendahulukan meminta pertolongan manusia atau mendahulukan berdoa kepada Allah SWT? Mereka yang memahami bahwa semua yang terjadi di dunia kehendak Allah SWT tentu akan meminta kepada Allah SWT terlebih dahulu sebelum melakukan usaha lainnya.
Saat terjadi kebakaran mereka segera meminta pertolongan kepada Allah SWT. Setelah itu mereka mulai memadamkan api dan meminta pertolongan. Mereka tahu bahwa meskipun dibantu oleh satu batalyon pemadam kebakaran, jika Allah SWT tidak menghendaki, api tidak akan bisa padam.
Bayi Percaya bahwa Ibunya Memberikan yang Terbaik untuknya.
Anak bayi akan diam saja jika ditepuk-tepuk, diangkat, atau digosok-gosok oleh ibunya. Jika orang lain yang melakukannya, ia akan menangis ketakutan. Jangankan ditepuk-tepuk, baru dipegang kakinya saja ia sudah menangis. Kepercayaan yang tulus terhadap ibunya membuat ibu menyayanginya.
Bisakah manusia berprasangka baik kepada Tuhan sebagaimana bayi kepada ibunya? Manusia sering bertanya apakah skenario yang dibuat Tuhan bagi dirinya adalah yang terbaik untuknya. Ia memiliki prasangka buruk kepada Tuhannya sehingga sulit untuk bersyukur. Bagaimana mau bersyukur sedangkan ia merasa ada kondisi yang lebih baik yang seharusnya diberikan Tuhan saat ini?
Bagaimana mungkin seseorang tidak percaya akan kebaikan Tuhan sedangkan ia saat bayi percaya dengan kebaikan ibunya? Bukankah ibunya adalah wanita yang diciptakan Tuhan untuk mengurus dirinya? Jika ibunya saja baik, tentu Tuhan yang menciptakan ibunya jauh lebih baik.
Bayi Selalu Ingin Bersama Ibunya
Jangankan seorang bayi, anak umur dua-tiga tahun saja selalu merasa nyaman jika berada di dekat ibunya. Mereka selalu mengikuti ibunya kemanapun ibunya pergi. Bahkan tidak jarang, seorang anak duduk di depan kamar mandi menunggu ibunya karena tidak ingin jauh darinya. Tentu saja kesetiaan anak akan membuat ibunya semakin mencintainya.
Seseorang yang selalu ingin bersama Allah SWT akan sering mengingatNya. Allah SWT memerintahkan hamba untuk sering mengingatNya sebagaimana yang tercantum di dalam surah Al-Baqarah ayat 152. Ketaatan seseorang untuk selalu berusaha mengingat Allah SWT akan membuatnya dicintai Allah SWT.
Wallahu a'lam bishshowab
Barakallahu fikk Ustadz
BalasHapus