“Masuk Pak, ada nasi samin.”, kata seseorang mempersilahkan penulis masuk ke halaman yang sudah disiapkan hidangan. Pada hari itu penulis membuktikan sendiri kedermawanan masyarakat Martapura. Pada hari itu di Martapura banyak rumah yang menyediakan makanan layaknya sedang mengadakan pesta.
Penulis sebenarnya sudah membawa nasi bungkus yang dibagi dari tempat sebelumnya. Namun, sikap ramah mengajak masuk untuk menikmati hidangan tentu tidak layak untuk dikecewakan. Apalagi nasi samin dengan lauk daging sapi bumbu merah adalah menu yang sulit untuk ditolak.
Bisa dikatakan, bagi masyarakat Martapura, hari-hari itu adalah hari “traktir nasional”. Mereka berusaha menjamu jutaan tamu yang datang ke Martapura. Berdasarkan data nomor HP yang aktif di provider seluler, jumlah tamu yang datang ke acara Haul Abah Guru Sekumpul tahun ini sekitar empat koma satu juta orang.
Kedermawanan dan sifat pemurah adalah salah satu akhlak mulia yang utama. Sikap dermawan secara tidak langsung menyiratkan sifat kasih sayang yang dimiliki oleh pelakunya. Sifat yang menjadi ciri-ciri dari semua kekasih Tuhan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang dermawan lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang kikir. (HR. Tirmidzi)Memberi makan adalah anjuran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:Sebarkan salam, berilah makanan, sambunglah silaturahim, shalatlah di malam hari ketika orang lain sedang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan penuh keselamatan. (HR. Ibnu Majah)Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Islam bagaimanakah yang baik?” Beliau menjawab, “Kamu memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu kenal.” (HR. Bukhari dan Muslim)Dalam sebuah riwayat seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Perbuatan apa yang terbaik di dalam Islam?” Nabi SAW menjawab, “Kamu memberi makan kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi Ibrahim juga terkenal sangat menghormati tamu dan suka memberi makan kepada tamunya meskipun ia tidak mengenalnya. Allah SWT berfirman:
Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal". Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda makan". (QS. Dzariyat ayat 24-27)
Bercerita tentang makan-makan, penulis teringat saat menghadiri suatu majelis taklim. Majelis tersebut dikelola oleh seorang ustadz yang menjadi pengisi rutin kegiatan taklim bulanan di blok tempat tinggal penulis. Penulis senang mendengar ceramah-ceramahnya karena pemahaman agama beliau yang mendalam.
Majelis yang beliau kelola biasanya diisi dengan kegiatan berdzikir, bersholawat, berdoa, dan pemberian taushiyah. Setelah kegiatan majelis selesai, dihidangkan makanan untuk peserta yang hadir. Saat itu penulis menghitung, berdasarkan perkiraan kasar, yang hadir lebih dari seratus orang. Dihitung dari jumlah shaf dikalikan jumlah orang yang ada pada shaf pertama.
Kegiatan majelis dzikir dan sholawat tersebut dilaksanakan rutin setiap pekan sekali. Pernah beberapa tetangga yang biasa membantu memasak saat kegiatan majelis tidak bisa datang karena sakit. Beliau beserta anggota keluarganya berjibaku memasak agar kegiatan majelis tetap dapat rutin berjalan.
Meskipun apa yang dilakukannya menurut penulis luar biasa, beliau tetap rendah hati (tawadhu). Beliau, yang juga merupakan Habib (keturunan Nabi Muhammad SAW) dari marga Assegaf, selalu menarik tangannya setiap kali penulis berusaha mencium tangannya saat bersalaman.
Memberi makan kepada peserta majelis juga dilakukan di dalam majelis Abah Guru Sekumpul saat beliau masih hidup. Teman seangkatan penulis di kampus STAN yang rumah mertuanya hanya sekitar tiga ratus meter dari majelis tempat Abah Guru Sekumpul bercerita bahwa ia pernah menghadiri majelis Abah Guru Sekumpul. Yang hadir ribuan dan semua diberi makan. Mungkin menjadi dermawan dan senang memberi makan merupakan kunci sukses dari Abah Guru Sekumpul dalam berdakwah.
Makan-makan memang akan mengundang banyak orang untuk datang. Namun, bagaimana dengan orang-orang yang datang niatnya hanya untuk makan-makan dan tidak berkeinginan untuk mendengar taklim atau ikut berdzikir? Meskipun datang untuk tujuan lain, kehadirannya akan memperbesar kemungkinannya mendapat hidayah. Kehadirannya akan membuatnya mendengar ceramah dan dzikir yang dilantunkan.
Nabi Muhammad SAW menceritakan dialog malaikat dengan Allah SWT tentang Fulan yang hadir dalam majelis dzikir tetapi sebenarnya bukan bagian dari peserta dzikir. Ia datang karena ada keperluan lain. Beliau bersabda:
Sungguh Allah –Tabaraka wa Ta’ala- mempunyai malaikat penjelajah yang mulia, mereka mengikuti majelis-majelis dzikir, maka jika mereka mendapatkan majelis yang di dalamnya ada dzikir maka mereka duduk bersama mereka, sebagian mereka meliputi sebagiannya dengan sayap-sayap mereka, sehingga mereka memenuhi langit dunia, dan jika mereka berpisah mereka kembali naik ke langit.Beliau bersabda: “Lalu Allah –‘Azza wa Jalla- bertanya kepada mereka –Dan Dia Maha Mengetahui dari para mereka- dari mana kalian?, mereka menjawab: “Kami datang dari hamba-hamba-Mu di bumi, mereka senantiasa bertasbih kepada-Mu, bertakbir kepada-Mu, bertahlil kepada-Mu, memuji-Mu, meminta kepada-Mu”.Allah berfirman: “Apa yang mereka minta kepada-Ku?”. Mereka menjawab, “Mereka meminta surga-Mu. Berfirman,”Apakah mereka pernah melihat surga-Ku. Mereka menjawab, “Belum wahai Tuhanku. Berfirman, “Bagaimana kalau mereka melihat surga-Ku., “Mereka mengatakan: “Mereka meminta perlindungan kepada-Mu”. Dia berfirman: “Mereka meminta perlindungan kepada-Ku dari apa ?”. Mereka menjawab: “Dari neraka-Mu wahai Rabb”. Dia berfirman: “Apakah mereka telah melihat neraka-Ku ?”, mereka menjawab: “Belum”. Dia menjawab: “Maka bagaimana jika mereka melihat neraka-Ku ?”. Mereka menjawab: “Mereka akan meminta ampun kepada-Mu”.Allah berfirman: “Aku telah mengampuni mereka dan telah memberikan apa yang mereka minta dan telah aku berikan perlindungan kepada mereka”. Mereka berkata: “Wahai Rabb, di antara mereka ada seorang pelaku dosa, ia hanya lewat saja lalu duduk bersama mereka”. Allah berfirman: “Baginya sudah Aku ampuni, mereka adalah suatu kaum yang siapapun yang duduk bersama mereka tidak akan merasa sengsara”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran seseorang di majelis-majelis kebaikan akan memberikan efek yang baik. Menyediakan makanan adalah salah satu cara untuk menambah jumlah kehadiran. Itu sebabnya banyak ulama yang menyediakan makanan untuk menarik orang-orang ke majelis-majelis dzikir.
Memberi makan dapat dilakukan sesuai kemampuan. Di tempat penulis tinggal, biasanya para ibu-ibu mengisi kotak yang dibagikan untuk jamaah sholat jumat. Ada yang mengambil dua kotak, ada yang lima kotak, ada yang mengisi sepuluh kotak.
Lalu bagaimana jika menyediakan sedekah jumat juga tidak mampu? Mungkin pesan nabi Muhammad SAW kepada Abu Dzar, bisa menjadi acuan. Beliau bersabda:
Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu. (HR. Muslim)
Wallahu a'lam bishshowab
Barakallahu fikkum Ustadz
BalasHapus