UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Maharaja yang Mengalahkan Raja-Raja

 

Bintang yang berkilauan begitu indah bagaikan intan permata. Namun, gemerlap bintang yang mempesona, menjadi tidak terlihat jika rembulan muncul. Keindahan bulan membuat bintang menjadi hal biasa yang tidak lagi berharga.

Hilangnya pesona bintang dengan munculnya rembulan mirip dengan kejadian di saat-saat awal ayat Al-Quran diturunkan. Dulu bangsa Arab sangat menyukai syair-syair yang indah. Para penyair yang hebat menempelkan syair-syair mereka di dinding ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. Mereka begitu bangga dengan keindahan syair yang mereka buat.

Suatu hari ada yang menempelkan ayat Al-Quran di dinding Ka’bah. Keindahan ayat Al-Quran membuat syair-syair yang sebelumnya ditempel di dinding Ka’bah menjadi terlihat tidak bermutu. Akhirnya para penyair yang menempelkan syairnya mencopot sendiri syairnya dari dinding Ka’bah karena malu. Syair yang dulu terasa indah menjadi jelek karena ada yang lebih indah di sisinya.

Memang untuk merasakan keindahan ayat-ayat Al-Quran secara maksimal diperlukan kemampuan berbahasa Arab yang cukup. Penggunaan Al-Quran terjemah akan mengurangi keindahannya. Keindahan makna sering hilang jika diterjemahkan karena tidak ditemukan padanan kata yang memberikan kesan yang sama.

Contohnya dalam bahasa jawa ada kata-kata nggeblak, ndlosor, ndoprok, njenkang, ambruk, kepleset, kejeglong, kesrimpet, kejlungup, mrosot, nyungsep yang bisa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “jatuh”. Namun, kata “jatuh” sebenarnya tidak bisa mewakili kata-kata dalam bahasa jawa tersebut. Diperlukan beberapa kata atau kalimat untuk menjelaskannya lebih dalam.

Meskipun sama-sama ‘jatuh” posisi jatuhnya berbeda-beda tergantung posisi, penyebab, dan arah jatuhnya. Nggeblak artinya jatuh ke belakang dengan punggung yang menempel tenah. Kepleset adalah jatuh yang disebabkan menginjak benda atau lantai yang licin.

Hilangnya daya tarik bintang setelah adanya bulan atau terlihat jeleknya syair setelah bersanding dengan Al-Quran adalah permisalan yang bisa menjadi jawaban kenapa ada manusia yang berubah menjadi zuhud terhadap dunia. Bagaimana mungkin ada manusia yang tidak tertarik dengan dunia? Sebenarnya dunia menarik bagi mereka, tetapi setelah mereka mengenal Jalal dan Jamalnya Allah SWT, dunia tidak lagi menjadi menarik.

Keindahan bulan dibandingkan bintang mudah untuk difahami karena dapat dilihat dengan mata. Keindahan ayat Al-Quran dibandingkan syair-syair juga bisa dirasakan karena pilihan kata yang menimbulkan makna yang dalam. Lalu bagaimana bisa merasakan keagungan Allah SWT yang tidak bisa dilihat, diraba, dicium, didengar, dibayangkan, dan dirasakan?

Merasakan keagungan Allah SWT tidak bisa dilakukan dengan panca indera. Oleh karenanya banyak yang gagal dalam mengenal dan mencintai Allah SWT. Padahal bisa dikatakan ilmu yang paling wajib untuk dipelajari adalah ilmu untuk mengenal Tuhan.Allah SWT berfirman:
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.(QS. Muhammad ayat 19)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, dalam tafsirnya menjelaskan makna di atas bahwa inilah ilmu yang diperintahkan oleh Allah, yaitu ilmu tentang me-Maha Esa-kan Allah. Ilmu ini wajib hukumnya atas setiap orang dan tidak bisa gugur bagi siapa pun juga, bahkan semua orang sangat memerlukannya.

Ada yang tidak berusaha meluangkan waktu untuk mengenal Allah SWT. Menurutnya, bagaimana cara mengenalnya sedangkan membayangkan saja tidak boleh?

Akal hanya mampu membayangkan sesuatu yang pernah diinderanya. Padahal Allah SWT lebih agung dan lebih besar daripada yang penah dilihat manusia. Memikirkan Dzat Allah SWT justru adalah hal yang berbahaya.

Para ulama berkata, “Berpikirlah tentang ciptaan Allah; Jangan berpikir tentang Dzat Allah.” Jika ada yang membayangkan Tuhan di dalam pikirannya maka bisa dipastikan bayangan tersebut adalah salah.

Akal manusia terbatas. Ketika manusia mencoba memikirkan Dzat Allah SWT, akalnya tidak akan mampu. Karena keterbatasan akalnya akhirnya ia menyimpulkan bahwa Allah tidak ada. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Setan akan datang kepada salah seorang dari kalian lalu bertanya, ‘Siapa yang menciptakan ini dan itu? Hingga akhirnya dia akan bertanya siapa yang menciptakan tuhanmu? Jika hal itu terjadi, hendaknya dia berlindung kepada Allah dan sudahilah (jangan turuti menjawab pertanyaannya). (HR. Muslim)
Syaikh Ramadhan al-Buthy mengatakan bahwa seseorang yang merasa bahwa ia tidak mampu membayangkan Allah SWT justru merupakan puncak dari ma’rifat. Ia tidak bisa membayangkan Allah SWT tetapi akalnya meyakini secara ilmiah adanya Allah SWT dengan bukti ciptaanNya. Ia meyakini bahwa Allah SWT tidak membutuhkan sesuatu untuk menciptakan diriNya. Ia meyakini bahwa Allah SWT tidak terbatas ruang dan waktu.

Lalu dari mana datangnya cinta? Bukankah ada pepatah “Cinta datang dari mata turun ke hati”? Bagaimana mencintai sesuatu yang tidak dapat dilihat?

Mereka yang mengira cinta tidak mungkin bisa hadir jika tidak dilihat, didengar, atau dibayangkan perlu menengok kepada orang-orang yang sangat cinta kepada Allah SWT. Meskipun dunia di tangan mereka, tapi mereka sudah tidak terlalu tertarik terhadap dunia. Ciri-ciri mereka disebutkan di dalam Al-Quran:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al Anfal ayat 2)
Bahkan bukan hanya bergetar hatinya, ketika mendengar ayat-ayat Allah SWT dibacakan saja bisa membuat mereka tersungkur dan menangis. Allah SWT berfirman:
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Maryam ayat 58)
Cinta dan mengenal (ma’rifat) Allah SWT adalah karunia yang harus didapatkan. Mereka yang beribadah karena ingin mendapatkan cinta Allah SWT pasti akan mendapatkan cintaNya. Sedangkan mereka yang beribadah hanya sekedar agar kehidupannya berkah dan nyaman, atau sekedar mendapatkan balasan surga akan tertatih-tatih untuk mendapatkan cinta Allah SWT.

Saat cinta kepada Allah SWT belum dirasakan, sangat wajar jika dunia masih memenuhi hati seseorang. Jika ditanya, ‘Kenapa kamu sholat?” Ia menjawab, “ Biar rezeki saya lancar.” Jawaban yang benar yang diucapkan oleh penghuni surga (Ashabul Yamin). Namun, para kekasih Allah SWT (Ashabul Muqorobin) memberikan jawaban yang lebih benar. Mereka berkata, “Kami sholat untuk mendapatkan ridho dan cintaNya.”

Ketika hati masih belum mengenalNya, ada baiknya sebelum melakukan ibadah berdoa dengan doa yang sering diajarkan ulama. Mereka berdoa, “Ilahi Anta maqsudi waridho-Ka matlubi, a’thini mahabbata-Ka wama’rifata-Ka. (Ya Allah hanya Engkaulah yang aku tuju, Ridha-Mu yang aku dambakan, berikanlah aku untuk dapat mencintai-Mu dan bermakrifat kepada-Mu.)”

Wallahu a'lam bishshowab





Lebih lamaTerbaru

1 komentar

  1. Barakallahu fikkum Ustadz
    Sangat betul sekali
    Manusia terhalang dari keindahan Allah karena tipu muslihat iblis dan konconya
    Manusia lupa siapa yang harus paling dicintai dan siapa yang mencintai manusia itu melebihi manusia itu sendiri

    BalasHapus
Translate