Suatu hari penulis berjalan-jalan bersama istri dan melihat sebuah rumah yang besar dan mewah. Sambil bercanda penulis bertanya kepada istri, "Kamu aku belikan rumah itu mau nggak?" Kalau istri menjawab mau, penulis akan berlagak seperti komedian Bolot yang suka pura-pura budeg. "Kok nggak mau? Padahal khan rumahnya bagus? Kamu nggak senang punya rumah mewah?"
Tampaknya istri penulis sudah tahu penulis berniat bercanda. Atau mungkin ia tahu trik penulis yang suka berlagak jadi si Bolot dengan anak-anak. Ia menjawab dengan diplomatis. "Nggak mau. Rumah sebesar gitu capek nyapunya tiap hari."
Jawaban yang logis. Setelah anak-anak kami satu demi satu keluar dari rumah, memiliki rumah yang luas rasanya tidak lagi menjadi penting. Membeli rumah yang besar dan luas justru akan merepotkan. Repot mencari dana untuk membeli dan repot saat merawatnya.
Hidup bisa dibuat mudah tetapi juga bisa dibuat sulit. Hidup akan terasa mudah jika disederhanakan dan menjadi sulit jika harus mengejar kesempurnaan.
Cukup dengan yang Dibutuhkan
Keluarga yang hanya membutuhkan tiga kamar tidur, seandainya membeli rumah yang memiliki tujuh kamar tidur, maka mereka harus meluangkan waktu untuk membersihkan dan merawat empat kamar yang tidak pernah mereka gunakan. Begitu juga dengan keluarga yang membutuhkan dua kendaraan tetapi membeli lima kendaraan. Tidak ada untungnya. Kecuali jika tujuan pembelian untuk investasi yang akan dijual kembali saat harganya sudah naik.Banyak orang yang belum menyadari akan perbedaan kebutuhan dan keinginan. Contohnya mereka hanya membutuhkan tiga tapi mereka mengira membutuhkan lima. Yang paling tampak dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjukkan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan adalah dengan melihat orang yang memiliki kelebihan berat badan.
Nikmatnya makanan terkadang menipu. Menciptakan rasa lapar palsu yang mengakibatkan seseorang makan melebihi yang dibutuhkan oleh tubuh. Tubuh yang seharusnya hanya membutuhkan satu piring, memaksakan diri memakan dua piring. Tubuh terpaksa mengolah kelebihan makanan tersebut untuk dapat disimpan. Umumnya simpanan dalam bentuk lemak yang membuat tubuh semakin terasa berat untuk bergerak. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika memang harus melebihi itu, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya. (HR. Ibnu Majah)Makan sesuai kebutuhan juga tergambar dari kata-kata hikmah yang diucapkan oleh generasi terdahulu. Mereka berkata, "Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang"
Ada yang mampu makan sesuai kebutuhan. Namun, ia tetap menyediakan makanan lebih dari yang dibutuhkan. Jika kebutuhannya dalam satu keluarga adalah enam porsi, untuk apa menyediakan sebanyak delapan atau sembilan porsi? Jika dua macam masakan sudah memenuhi kebutuhan empat sehat lima sempurna, untuk apa memasak lima atau enam macam masakan?
Membeli makanan, pakaian, kendaraan, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan akan dapat menekan biaya hidup. Hidup menjadi lebih mudah karena tidak dihantui besarnya pengeluaran dibandingkan dengan pemasukan.
Mengikuti Keinginan Tidak akan Ada Habisnya
Gaya hidup yang mengikuti keinginan dan tidak berdasarkan kebutuhan sungguh merepotkan. Apalagi jika gaya hidup tersebut juga mengikuti keinginan orang lain. Menyesuaikan gaya hidupnya dengan mengikuti selera orang lain. Keinginan agar dianggap hebat sehingga menjalani hidup tidak sesuai kemampuan. Membeli barang-barang yang tidak perlu dengan harapan menaikkan harga dirinya.Ada orang yang membeli barang dengan harga sangat mahal padahal tidak membutuhkannya. Mereka membeli sepatu dan tas yang mahal dengan nilai ratusan juta rupiah. Bahkan ada tas wanita yang pernah tercatat dalam Guinness Book of World Record sebagai tas termahal dengan nilai lima puluh tiga milyar rupiah. Tas yang dihiasi dengan ribuan berlian.
Jika dipikir-pikir, guna dari tas adalah untuk membawa barang. Lalu apa perlunya tas tersebut dihiasi berlian jika kebutuhannya hanyalah untuk menaruh barang? Sangat merepotkan sekali karena saat membawanya ia harus mewaspadai para penjahat yang mengincar berlian-berlian yang menghiasi tas tersebut.
Para penjual sangat cerdas dalam menaikkan harga barang. Mereka mengincar orang-orang yang siap membayar mahal karena tergoda dengan keinginan. Penjual memberi merek atas barang yang dibuat kemudian membayar selebritis untuk memakainya. Pakaian yang seharusnya harganya tiga ratus ribu rupiah naik menjadi lima juta rupiah karena selebritis memakai pakaian dengan merek yang sama.
Salah seorang ulama pakar Al-Quran yang dimiliki Indonesia, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), memiliki kebiasaan memakai pakaian yang warnanya selalu sama. Di setiap acara Gus Baha memakai kemeja putih dan peci berwana hitam. Tokoh yang begitu sederhana dalam berpakaian padahal ia adalah ulama yang dihormati dan dijadikan rujukan oleh para ulama tafsir Al-Quran yang bergelar profesor dan doktor.
Kebiasaan selalu memakai kemeja berwarna putih membuat Gus Baha tidak perlu memikirkan hal-hal yang sering membuat ribet orang lain. Banyak orang yang akan pergi ke suatu tempat direpotkan dengan masalah tersebut. Hari ini pakai baju warna apa? Warna bajunya cocok nggak dengan warna tasnya? Untuk acara tersebut cocoknya model baju apa? Di acara itu tahun lalu saya pakai sepatu yang mana ya?
Jika dikembalikan tujuan utama berpakaian adalah menutup aurat, maka kebutuhan tersebut sebenarnya mudah diwujudkan. Jika bisa dibuat mudah, kenapa harus dibuat susah? Mungkin itu yang ada di dalam pikiran seorang Gus Baha. Yang penting nyaman dipakai dan ia menyukainya.
Hal lain yang diajarkan Gus Baha agar hidup lebih mudah adalah tidak terbiasa untuk berusaha memikirkan urusan orang lain. Banyak orang yang suka membicarakan kehidupan orang lain. Pembicaraan ini tentu saja akan berujung jadi ikut memikirkan masalah orang lain. Padahal masalah pribadi saja sudah banyak, untuk apa repot memikirkan urusan orang lain.
Gus Baha memberi contoh membicarakan orang yang membeli mobil yang mewah. Ujung-ujungnya orang akan sibuk memikirkan betapa mahalnya pajak kendaraannya. Betapa mahalnya harga spionnya kalau rusak. Betapa repotnya mencari spare partnya. Gus Baha mengatakan bahwa itu mobil orang kenapa kamu harus ikut pusing memikirkan masalahnya.
Orang yang Cerdas akan Menyederhanakan Masalah
Semakin cerdas seseorang, biasanya akan semakin mampu ia menyederhanakan masalah. Hal yang rumit akan terlihat sederhana. Ia mampu mencari akar permasalahan sehingga bisa menyelesaikannya dengan lebih mudah. Ciri khas orang yang mampu melihat masalah dengan lebih jelas ini hidupnya pun juga sederhana. Ia akan fokus kepada hal yang utama dan penting. Hal-hal pelengkap yang tidak penting tidak akan membuatnya pusing tujuh keliling.Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang ciri-ciri orang yang cerdas. Beliau bersabda:
Orang yang cerdas adalah yang menekan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang dungu adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan mengangankan kepada Allah berbagai angan-angan. (HR. At-Tirmidzi)Orang cerdas akan menyederhanakan hidupnya dengan cara melawan nafsunya. Ia faham bahwa kehidupannya akan menjadi repot jika harus mengikuti keinginan. Orang cerdas juga selalu ingat bahwa ada kehidupan abadi setelah kematian. Oleh karenanya ia fokus mempersiapkan kehidupan abadi. Sedangkan orang yang tidak cerdas adalah orang yang sibuk mengikuti kehendak nafsunya. Ia juga sibuk memikirkan angan-angan yang belum tentu terjadi.
Wallahu a’lam bisshowab
Posting Komentar