UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Selesaikan Masalah untuk Menyelesaikan Masalah lainnya



Adik ipar penulis menceritakan tentang temannya yang mobilnya terjatuh ke dalam jurang. Ia menanyakan kepada jasa derek mobil biaya untuk menariknya. "Lima juta rupiah", kata jasa derek. Ia kemudian pulang menyiapkan uang untuk mengeluarkan mobilnya dari jurang.

Setelah membawa uang yang cukup, ia pergi untuk menemui penyedia jasa derek mobil. Namun, sebelum berangkat, ia bertemu seorang ibu yang datang dari kota lain untuk mencari anaknya. Ia kemudian mengantarkannya karena ia mengetahui alamat yang dimaksud.

Ternyata anak yang dicari dengan susah payah menyia-nyiakan ibunya. Ia tidak mau menerima ibunya. Merasa trenyuh dengan nasib ibu tersebut, uang yang semula akan digunakan untuk mengeluarkan mobilnya dari jurang, ia serahkan untuk biaya kembali ke kotanya.

Ia kemudian pergi untuk melihat kondisi mobilnya. Tanpa usaha sedikitpun dari dirinya, seperti cerita dongeng, mobilnya sudah keluar dari jurang. Ia tidak perlu menghubungi penyedia jasa derek mobil.

Rupanya, warga sekitar yang melihat mobil berada di jurang, berinisiatif mengeluarkannya. Mereka beramai-ramai, dengan bantuan truk yang kebetulan lewat, menarik mobil tersebut.

Kisah yang diceritakan kepada penulis di atas adalah cerita tentang orang-orang yang "sudah selesai" dengan masalah dirinya. Secara umum mereka merasa bahwa hidup mereka tidak memiliki banyak masalah. Mereka memilih untuk menyelesaikan masalah orang lain.

Pemilik mobil. Sebenarnya memiliki masalah dengan mobilnya. Meskipun uang yang ia berikan sebenarnya untuk menyelesaikan masalah mobil, ia memilih menyelesaikan masalah ibu yang malang. Baginya masalah mobil adalah masalah kecil.

Demikian juga dengan warga yang memilih untuk menyelesaikan masalah pemilik mobil. Meskipun itu bukan masalah mereka, tapi karena mereka relatif sudah selesai dengan urusan mereka masing-masing, mereka membantu mengeluarkan mobil tanpa memikirkan balasan atau imbalan.

Mengelola Masalah

Setiap manusia pasti memiliki masalah. Manusia yang mampu mengelola masalah pribadinya, akan mampu aktif menyelesaikan masalah orang lain.

Manusia yang merasa bahwa masalah hidupnya datang beruntun dan bertubi-tubi, tidak akan mampu membantu orang lain. Kata teman penulis, seperti seorang petinju yang sedang melakukan "double cover".

Teknik "double cover" adalah menggunakan kedua lengan menutupi tubuh untuk menahan pukulan lawan. Teknik yang membuatnya tidak sempat memukul lawan karena sibuk bertahan.

Kedua tangannya berfungsi sebagai tameng, bukan sebagai senjata. Tidak ada tangan yang digunakan untuk menyerang lawan.

Kehidupan diliputi masalah disebabkan karena setiap masalah yang muncul tidak diselesaikan. Ketika masalah semakin banyak dan menumpuk, kehidupan menjadi terasa sempit. Banyaknya masalah cenderung membuat seseorang mengambil sikap sebagai petinju yang melakukan double cover.

Masalah bisa berasal dari dalam diri maupun dari luar. Masalah dari dalam diri, kata seorang ustadz, lebih berbahaya dari masalah dari luar. Jika dari dalam diri saja sudah tidak sanggup mengatasi masalah, tanpa ada gangguan dari luar pun, ia akan tumbang.

Pribadi yang Kuat Seperti Pohon yang Kuat

Seperti pohon yang mendapat gempuran hujan dan badai. Selama akarnya kuat dan batangnya kokoh, ia tidak akan tumbang. Namun, jika akarnya mati karena penyakit dan batangnya keropos, ia akan mati meskipun angin bertiup sepoi-sepoi.

Pohon yang yang tidak memiliki masalah, selain mampu menahan gempuran badai, ia akan memberikan buahnya. Nutrisi yang ia olah bukan hanya untuk membesarkan pohon, tetapi juga membentuk buah untuk menyelesaikan masalah manusia dan binatang yang mencari makanan. Allah SWT berfirman:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS. Ibrahim ayat 24-25)

Belajar adalah Kunci Penyelesaian Masalah

Di media sosial penulis mendengarkan tentang seorang istri yang curhat tentang suaminya kepada seorang ustadzah. Ia tidak tahan lagi menghadapi masalah-masalah yang menurutnya berasal dari suaminya. Selama dua puluh tahun menurutnya suaminya tidak berubah.

Ustadzah menanyakan kepadanya bahwa selama dua puluh tahun hidup bersama suaminya, apa saja yang sudah ia pelajari? Kenapa ia tidak belajar? Seharusnya semenjak ia menikah, ia harus segera mempelajari suaminya.

Selama dua puluh tahun seharusnya ia sudah bisa memahami dan menerima karakter suaminya. Sambil bercanda ustadzahnya berkata, "Situ yang punya suami kok nanyanya ke saya?"

Kunci terbaik untuk mengatasi masalah adalah belajar. Semakin banyak ilmu seseorang, maka semakin mudah seseorang menyelesaikan masalah-masalah.

Lebih lanjut, ustadzah menjelaskan bahwa awal menikah adalah awal kehidupan yang baru. Seperti anak yang baru lahir maka anak pasti akan belajar untuk dapat bertahan hidup. Setiap anak ketika lahir tidak bisa berbicara, tidak bisa berjalan, dan banyak hal lain yang merupakan masalah baginya. Namun, anak kecil tidak stres dan memilih untuk belajar.

Seperti kehidupan seorang anak, begitu juga dengan menikah, harus segera belajar untuk dapat mempertahankan pernikahan. Pasangan hidup harus dipelajari untuk meminimalisir timbulnya masalah.

Ustadzah tersebut mengatakan ada hal-hal yang bisa dikendalikan dan ada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan. Yang bisa dikendalikan biasanya berasal dari dalam diri. Yang tidak bisa dikendalikan biasanya berasal dari luar diri.

Untuk masalah yang bisa dikendalikan atau dirubah, tentu usaha pertama adalah merubahnya. Jika ada kebiasaan suami atau istri yang bisa dirubah menjadi lebih baik, tentu harus diusahakan. Namun, jika diketahui ada kebiasaan yang tidak dapat dirubah, maka langkah satu-satunya adalah "menyesuaikan diri" untuk dapat menerimanya. Masalah akan terus berlarut-larut jika tidak mengetahui langkah yang harus dilakukan.

Menyelesaikan Masalah Internal Lebih Diutamakan

Fokus kepada diri sendiri untuk menyelesaikan masalah lebih mudah untuk dilakukan. Seperti pepatah, "Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin." Menyalakan lilin memang tidak akan menghilangkan kegelapan. Namun, dengan adanya lilin, ia tidak akan terantuk sesuatu dan mampu mencari barang yang ia cari.

Ada tulisan di media sosial yang pernah penulis baca tentang pengalaman mencari keindahan. Tulisan itu menyebutkan bahwa dahulu seseorang pergi ke mana-mana untuk mencari tempat-tempat yang indah. Ia menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan biaya untuk menikmati Lokasi-lokasi yang indah.

Setelah ia fokus kepada dirinya dan membersihkan hatinya, ia menemukan bahwa ternyata semua tempat indah. Hatinya yang bersih menjadikan semua tempat terlihat indah. Di manapun ia berada, ia bisa merasakan keindahannya. Ternyata menyelesaikan masalah dengan menyelesaikan masalah internal lebih mudah daripada menyelesaikan masalah eksternal.

Kesadaran untuk menyelesaikan masalah seharusnya seperti kesadaran seseorang untuk menyembuhkan diri dari rasa sakit. Adakah seseorang yang sedang kesakitan tidak ingin menyembuhkan sakitnya? Tentu seseorang yang kesakitan akan berpikir dan berusaha untuk menghilangkan rasa sakitnya.

Jika ia tidak mengetahui obatnya ia akan mencari orang yang mengetahui obatnya. Jika ia mengetahui obatnya, ia akan meminumnya. Jika ia tidak memiliki obatnya ia akan membelinya. Jika tidak ada yang menjual obatnya, ia akan meramunya. Jika ia tidak menemukan bahannya, ia akan mencari obat alternatif.

Mengurai masalah kehidupan dengan menyelesaikannya atau menerimanya sebagai ketentuan hidup harus terus dilakukan. Selain menjadikan hidup menjadi nyaman dan dunia terasa indah, hidup dengan minim masalah akan membuat seseorang mudah untuk membantu menyelesaikan masalah orang lain.

Wallahu a'lam bishshowab

1 komentar

  1. Keindahan ada dalam hatinya sendiri
    Dipersedikit syarat berbahagia
    Kunci Syukur pada Allah
    Barakallahu fikkum Ami Doni

    BalasHapus
Translate