UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Mencari Cara Terbaik

 


Saat penulis mengikuti kuliah shubuh di masjid, penceramahnya menceritakan pengalaman ketika awal menikah. Sebagai pasangan yang baru menikah, ada hal-hal yang berbeda yang menjadi kebiasaan sebelum menikah.

Suatu hari datang tamu ke rumahnya. Ia mengatakan bahwa istrinya menemaninya mengobrol bersama tamunya. Beberapa kali ia memberi kode kepada istrinya untuk membuat minuman untuk tamunya.

Istrinya, meskipun sudah menangkap kode, tidak segera membuat minuman. Setelah cukup lama, barulah istrinya ke dalam untuk membuat minuman bagi tamu.

Setelah tamunya pulang, ia dengan kesal bertanya kepada istrinya kenapa tidak segera menyediakan minuman. Bisa jadi jadi tamunya dalam keadaan haus. Di daerah tempat tinggalnya, berlambat-lambat memberi hidangan kepada tamu adalah perbuatan yang tidak sopan.

Istrinya mengatakan bahwa justru adat di tempat tinggalnya, bersegera memberikan hidangan adalah hal yang tidak sopan. Bersegera memberikan makanan seakan-akan mengirim pesan kepada tamu untuk segera menikmati hidangan dan segera pulang.

Di daerah istrinya, tamu sebaiknya diajak ngobrol terlebih dahulu untuk menunjukkan keakraban. Perbedaan yang bertolak belakang.

Ia merasa bahwa cara melayani tamu di daerahnya lebih baik. Istrinya juga merasa bahwa etika di daerahnya lebih tepat. Ia dan istrinya kemudian sepakat untuk tidak sepakat.

Mereka tetap menggunakan adatnya masing-masing. Jika tamu yang datang adalah tamu suaminya maka adat daerah suami yang dipakai. Jika tamu yang datang adalah tamu istri, maka cara daerah istrinya yang digunakan.

Setelah berjalan beberapa lama ia menceritakan bahwa ia membaca hadits dari Nabi Muhammad SAW tentang beberapa hal yang sebaiknya disegerakan. Ada hadits yang diriwayatkan dalam kitab Hilyatul Auliya:

Tergesa-gesa bagian dari kelakuan syaitan kecuali dalam lima hal, pertama memberi makan tamu, kedua mengubur jenazah, ketiga menikahkan anak perawan keempat membayar hutang dan kelima bertaubat dari segala dosa. (HR. Hatim al-Asham)

Mengikuti Cara Tuhan adalah Cara yang Terbaik

Semenjak membaca hadits tentang menyegerakan menyediakan hidangan kepada tamu, ia dan istrinya sepakat untuk mempercepat memberi hidangan kepada tamu. Mengikuti cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW membawa keberkahan.

Manusia memiliki keterbatasan dalam berpikir. Sering manusia berada di persimpangan yang membuatnya bingung dalam memilih. Mau ke kanan atau ke kiri? Kedua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangan.

Saat bingung memilih langkah, manusia seyogyanya mencari petunjuk kepada Tuhan yang telah menciptakan manusia. Dzat yang sangat memahami manusia setiap detilnya karena Dia-lah yang telah menciptakan manusia.

Masalahnya banyak manusia yang tidak menggunakan cara Allah SWT. Ada dua sebab yang membuat manusia tidak melakukan perbuatan sesuai aturan Allah SWT. Yang pertama karena tidak mengetahui aturan tersebut. Yang kedua karena merasa caranya lebih baik. Ia lebih suka memakai caranya sendiri daripada cara Allah SWT.

Kelompok yang Tidak Mengetahui

Kelompok pertama yaitu yang tidak melaksanakan karena "tidak mengetahui" dapat diantisipasi dengan mempelajari syariat dengan baik. Betapa ruginya mereka yang tidak mempelajari syariat sehingga tidak mengetahui cara terbaik.

Ada teman penulis yang sangat hebat menghafal pasal undang-undang. Hal tersebut dilakukan karena pekerjaan yang dilakukan sangat rawan akan gugatan. Oleh sebab itu ia menghapal aturan sampai dengan kata demi kata untuk memastikan ia tidak salah menafsirkan.

Undang-undang yang dibuat manusia biasanya akan mengalami revisi karena keterbatasan akal manusia atau terjadi perubahan keadaan. Ini tentu cukup merepotkan bagi bagi orang yang menghafal undang-undang.

Al-Quran bersifat sepanjang masa dan tidak berubah setiap huruf dan tanda bacanya. Kalau dipikir-pikir, menjadi hafidz Al-Quran yang tetap sepanjang masa itu lebih mudah daripada menjadi Hafidz undang-undang yang selalu direvisi.

Tidak menjalankan peraturan perundang-undangan bisa bermasalah di dunia. Tidak menjalankan Al-Quran bisa bermasalah di dunia dan akhirat.

Allah SWT menurunkan Al-Quran dan hadits untuk menjadi petunjuk untuk manusia. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (HR. Malik)
Ada yang mengatakan bahwa ia sudah mencari jawaban permasalahannya di dalam Al-Quran dan hadits tetapi tidak menemukannya. Tidak ada, tidak ketemu, atau tidak memahami maksud ayatnya? Itulah sebabnya perlu membaca kitab tafsir dan syarah hadits agar lebih mudah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ada asbabun nuzul atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat. Ada asbabul wurud yang menjadi latar belakang turunnya hadits. Ada juga ilmu-ilmu lain yang menjadi perangkat untuk mengistimbath hukum. Itu sebabnya seseorang yang terbiasa membaca Al-Quran atau yang menguasai alat-alat mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan ayat yang sepertinya tidak berhubungan.

Seperti kisah Jad seorang anak Yahudi yang bersahabat dengan seorang tua bernama Ibrahim yang tinggal di Prancis. Kisah mereka yang menarik kemudian dibuat film.

Jad merasa heran kenapa setiap kali ia memiliki masalah, Ibrahim mengambil sebuah buku dan membacakan jawaban atas masalah yang ia miliki. Jad merasa heran karena buku tersebut bisa menjelaskan semua masalah yang ia hadapi.

Setelah Ibrahim meninggal, ia memberikan buku tersebut kepada Jad dengan dititipkan kepada anaknya. Jad baru tahu tentang buku tersebut setelah ia kuliah. Temannya yang melihat buku tersebut menjelaskan bahwa buku tersebut adalah Al-Quran.

Banyak peristiwa yang dijelaskan dengan ayat atau hadits yang dapat diqiyaskan dengan kehidupan kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat kehidupannya dibuat pelik dan rumit sesuai skenario Allah SWT sehingga bisa menjadi contoh teladan.

Bisa dikatakan garis besar contoh kehidupan yang ada di setiap zaman sudah terwakili dengan peristiwa-peristiwa di masa tersebut. Permasalahan ekonomi, politik, budaya, pertahanan, sosial, dan lain-lain sudah terwakili.

Kelompok yang Tidak Menginginkan

Kelompok kedua yaitu mereka yang merasa bahwa cara yang mereka pikirkan lebih baik daripada aturan yang dibuat Allah SWT. Seringkali penyebabnya adalah karena keterbatasan cara berpikirnya.

Mereka berkata "Aturan ini tidak adil." Adil buat siapa? Bukankah ketika seseorang memiliki kewajiban lebih besar, otomatis dia juga memiliki hak yang lebih besar? Mereka memandang permasalahan hanya dari satu sisi.

Aturan yang dibuat Allah SWT baik untuk manusia. Manusia hanya bisa menebak-nebak

hikmah dari aturan tersebut. Bisa jadi tebakannya salah.

Seorang ustadz pernah bertanya, "Jika sudah ditemukan teknik memasak daging babi yang membuat cacing pitanya mati, apakah babi menjadi halal?" Ia mengatakan bahwa meskipun babi sudah tidak mengandung cacing pita, ia tidak akan memakannya.

Bisa jadi tebakan mereka yang mengatakan bahwa haramnya babi karena cacing pita salah. Bisa jadi karena alasan lain.

Demikian juga dengan minuman keras. Apakah diharamkan karena merusak sel otak, melemahkan tubuh, membuat kecanduan, membuat kehilangan kesadaran, atau memicu emosi. Hanya Allah SWT yang lebih tahu. Pokoknya haram dan tidak baik buat manusia.

Bangsa yang terkenal suka membantah perintah nabinya adalah bangsa Yahudi. Berkali-kali mereka membantah perintah Nabi Musa dan nabi-nabi bani Israil lainnya. Bahkan dalam sejarah, mereka banyak membunuh para nabi.

Di dalam Al-Quran, orang beriman memiliki karakter "kami dengar dan kami taat" ketika mereka mengetahui aturan Allah SWT. Mereka meyakini bahwa semua perintah Allah SWT baik buat mereka. Apakah Anda termasuk satu di antara mereka?

Wallahu a'lam bishshowab


Posting Komentar

Translate