UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Tuhan Yang Maha Dekat



Saat berangkat ke kantor penulis melihat seorang ayah yang menurunkan anaknya di depan sekolah. Dari gerak bibirnya, sepertinya ia menyampaikan beberapa pesan atau nasehat untuk anaknya.

Penulis menjadi teringat masa-masa mengantar anak ke sekolah. Mengantar anak membuat perjalanan menuju kantor menjadi lebih jauh. Ritual harian yang dulu terasa menjengkelkan, kini menjadi dirindukan.

Rindu saat memberikan pesan-pesan yang harus mereka lakukan. Rindu saat memberi mereka uang jajan. Meskipun mulutnya mengatakan “Nggak usah” tetapi tampak raut bahagia ketika penulis memaksa memberikan uang jajan.

Kerinduan mengantar anak sekolah muncul karena mereka sekarang jauh dari rumah. Setelah mereka masuk pesantren, bekerja, dan ada yang sudah berkeluarga, mereka harus merantau meniti jalan kehidupannya masing-masing. Jarak yang jauh telah memisahkan.

Rindu muncul karena terpisah jarak yang panjang terbentang. Manusia terikat ruang dan waktu, sehingga ketika berada di tempat yang berbeda, akan ada jarak yang memisahkan.

Berbeda dengan manusia, Tuhan tidak terikat ruang dan waktu sehingga selalu terhubung dengan manusia. Di manapun manusia berada, seharusnya ia selalu merasa bersama Tuhan. Namun, kenapa ada manusia yang merasa jauh dengan Tuhan? Ia bahkan merasa Tuhan tidak melihat dan tidak mendengar dirinya.

Meyakini bahwa Tuhan memliki kemampuan untuk melihat dan mendengar seluruh perbuatan manusia adalah masalah akidah. Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa Tuhan mengetahui setiap helai daun yang jatuh di muka bumi.:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) (QS. Al-An’am ayat 59)
Mengapa manusia sulit untuk meyakini bahwa Tuhan bisa mendengar semua ucapannya? Sedangkan dengan telepon saja manusia bisa bercakap-cakap meskipun jauhnya ribuan kilometer. Tentu sangat mudah buat Tuhan mendengar semua ucapan di seluruh belahan dunia.

Mengapa ada yang tidak meyakini bahwa Tuhan bisa melihat semua peristiwa yang ada di dunia? Padahal dengan teknologi manusia yang terbatas saja, pertandingan bola pada suatu negara bisa ditonton secara langsung di seluruh negara. Apalagi teknologi Allah SWT yang tidak terbatas.

Di dalam tafsir surah Al-Mujadilah dijelaskan bahwa suatu hari seorang wanita yang bernama Khaulah binti Tsa’labah menggugat suaminya, Aus bin Shamit, kepada Nabi Muhammad SAW. Aisyah yang berada di ruangan yang berbeda tidak dapat mendengar apa yang diucapkan oleh Khaulah kepada Nabi Muhammad SAW.

Aisyah baru mengetahui isi gugatan yang disampaikan oleh Khaulah setelah turun ayat-ayat Al-Quran yang merupakan perintah Allah SWT atas kasus yang dialami oleh Khaulah. Nabi Muhammad SAW menyampaikan surah Al Mujadilah yang menjadi jawaban jika terjadi kasus zihar seperti yang dialami Khaulah.

Allah SWT mendengar gugatan Khaulah padahal Aisyah yang berada di ruangan sebelah yang dekat dengan Khaulah tidak mendengarnya. Aisyah berkata, “"Segala puji bagi Allah yang pendengaranNya mencakup semua suara, sesungguhnya telah datang kepada Nabi SAW seorang wanita yang mengajukan gugatan, lalu wanita itu berbicara kepada Nabi SAW, sedangkan aku berada di salah satu ruangan di dalam rumah, aku tidak dapat mendengar apa yang dia katakan."

Allah SWT tidak terikat ruang dan waktu sehingga meskipun Allah SWT tidak terlihat, tetapi Allah SWT lebih dekat dengan Khaulah dibandingkan Aisyah. Jangankan perkataan Khaulah, semua yang terlintas di dalam pikiran Khaulah pun Allah SWT mengetahuinya.
Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (QS. At-Taghabun ayat 4)
Allah SWT sangat dekat, tetapi banyak manusia yang tidak merasakan kehadiran-Nya. Salah satu nama Allah SWT (Asmaul Husna) adalah Al-Qoriib yang artinya Yang Maha Dekat. Allah SWT menegaskan di dalam Al-Quran:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah ayat 186)
Allah SWT tidak terikat ruang dan tempat. Sebelum langit dan bumi tercipta Allah SWT sudah ada. Sebelum Arsy dan Kursi tercipta, Allah SWT pun sudah ada karena Allah SWT yang telah menciptakan semua itu. Allah SWT tidak terikat dengan ruang dan waktu sehingga jauh atau dekatnya manusia dengan Allah SWT bukan karena jarak.

Jauhnya manusia dari Tuhan lebih disebabkan karena hatinya tertutup sehingga tidak bisa merasakan kedekatan Tuhan. Mereka yang hatinya sudah sangat keras, bukan hanya tidak merasakan kedekatan dengan Tuhan, bahkan adanya Tuhan pun mereka tidak percaya.

Bagaimana bisa mereka tidak meyakini adanya Tuhan sedangkan selama dua puluh empat jam tubuhnya diatur oleh Tuhan? Siapakah yang mendetakkan jantung? Siapakah yang memompa paru-paru? Siapakah yang memerintahkan sel darah putih untuk membunuh virus dan bakteri yang berhasil masuk ke dalam tubuh? Adanya Tuhan yang mengatur alam semesta ditegaskan di dalam Al-Quran surah Al-Baqarah:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al-Baqarah ayat 255)
Jauhnya manusia dari Allah SWT disebabkan karena manusia memang memilih untuk menjauh dariNya. Jika manusia berusaha mendekat kepada Allah SWT, maka Allah SWT pun akan mendekat sebagaimana hadits berikut:
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari)
Mereka yang sudah terlalu jauh dari Allah SWT harus segera kembali mendekat. Pintu tobat selalu terbuka lebar. Allah SWT berfirman:
Karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbmu amat dekat lagi memperkenankan (doa hamba-Nya) (QS. Hud ayat 61)
Salah satu amalan yang dapat digunakan untuk merasakan kehadiran Allah SWT adalah dengan bersujud kepadaNya. Menyatakan diri sebagai hamba dan mengakui keagunganNya. Nabi bersabda:
Keadaan seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa saat itu. (HR. Muslim)
Wallahu a'lam bishshowab

1 komentar

Translate