UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Momen Kebersamaan

 
                              
Saat sedang rapat, kepala kanwil menceritakan yang dilakukannya saat menjadi kepala Kantor Pajak Wonosari. Beliau melihat hubungan antar pegawai kurang begitu akrab. Mungkin karena Kantor Pajak Wonosari terdiri dari beberapa lantai sehingga interaksi antar pegawai berkurang.

Beliau kemudian mengusulkan kegiatan sarapan bersama di kantor. Setiap pegawai, seperti arisan, bergiliran mentraktir teman satu kantor. Memang saat mentraktir ia mengeluarkan uang yang banyak, tetapi selama tiga bulan ke depan, ia akan dapat sarapan gratis. Jadi secara finansial, uang yang ia keluarkan untuk dana sarapan tidak bertambah. Bahkan berkurang karena kepala kantor memberikan donasi lebih untuk mensubsidi.

Beliau berkata, “Kapan lagi kamu punya kesempatan mentraktir teman sekantor?” Kesempatan mendapat pahala mentraktir teman sekantor, tetapi uang yang dikeluarkan untuk sarapan tidak bertambah, bahkan berkurang karena disubsidi oleh kepala kantor.

Kegiatan sarapan bersama yang dilakukan Kantor Pajak Wonosari saat itu, selain menambah keakraban pegawai, berimbas juga dengan berkurangnya keterlambatan pegawai datang ke kantor. Mereka yang menggunakan flexi time (menambah jam kerja jika terlambat) menjadi berkurang. Mereka khawatir kehilangan momen kebersamaan sarapan bersama. Makan sambil berbincang-bincang di luar pekerjaan kantor.

Waktu makan bersama adalah waktu yang sangat memungkinkan untuk timbulnya percakapan. Saat bekerja, fokus pikiran dan mata seseorang akan terpusat pada pekerjaannya sehingga menyulitkan untuk berbincang-bincang. Demikian juga saat seseorang sedang memegang HP. Perhatiannya akan disibukkan dengan ramainya dunia maya.

Saat makan, otomatis tangan tidak bisa memegang HP atau melakukan pekerjaan. Itulah saatnya untuk bercakap-cakap dengan teman makan. Di saat itulah muncul waktu kebersamaan. Anjuran untuk makan bersama-sama disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW:
Para sahabat radhiyallahu ‘anhum berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa kenyang.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Barangkali kalian makan berpencar (sendiri-sendiri).” Mereka menjawab, ”Benar.” Beliau kemudian bersabda, “Berkumpullah kalian atas makanan kalian dan sebutlah nama Allah, niscaya makanan itu diberkahi untuk kalian.” (HR. Abu Dawud)
Pentingnya makan bersama membuat suami sebaiknya segera pulang ke rumah agar tidak kehilangan momen makan bersama anak dan istrinya. Jika suami terlambat pulang biasanya istri akan menunda makan malamnya dan menyuruh anaknya makan terlebih dahulu. Namun, jika terlambatnya lebih dari beberapa jam, tentu istri juga tidak kuat untuk menahan lapar dan momen makan bersama istri akan hilang.

Memperbanyak Waktu Bersama

Kebersamaan adalah kunci dari keakraban. Arti kebersamaan adalah interaksi berbincang-bincang atau melakukan kegiatan lain yang membutuhkan kerja sama antara dua pihak. Jika duduk bersama tetapi masing-masing sibuk dengan HPnya tentu kehangatan yang diharapkan sulit terbentuk.

Untuk menambah kegiatan bersama, penulis dan istri dalam beberapa kesempatan mengkaji kitab secara bersama-sama. Jika tiba giliran penulis membaca, maka istri mendapat giliran memutar tasbih sambil mendengarkan.

Lembaran yang dibaca tidak banyak. Bahkan sering hanya satu atau dua hadits saja yang dibahas. Yang penting menambah momen kebersamaan. Momen saling mendengarkan, saling melihat tanpa disibukkan dengan HP atau pekerjaan rumah tangga lainnya.

Meskipun yang dibaca hanya sekedar satu atau dua buah hadits, perbincangan yang timbul bisa menjadi panjang dan lebar. Apalagi jika hadist yang dibaca berkaitan erat dengan peristiwa yang baru-baru saja terjadi.

Anak penulis yang mengajar di pesantren mengatakan bahwa biasanya anak-anak yang baru masuk pesantren pada awalnya terlihat kurang akrab. Keakraban mereka mulai terlihat setelah momen rihlah atau berwisata yang diadakan secara berkala. Biasanya rihlah dilakukan tiga bulan sekali.

Di saat rihlah, diadakan pertandingan dan perlombaan yang membuat para santri harus bekerja sama untuk memenangkannya. Momen kebersamaan berjuang untuk memenangkan pertandingan itulah yang membuat mereka menjadi semakin akrab. Mereka bahu-membahu untuk mengalahkan tim lawan sehingga muncul semangat kebersamaan.

Ada yang mengatakan generasi penulis adalah generasi yang paling beruntung karena pernah merasakan kehidupan tanpa HP saat masih anak-anak. Tanpa adanya HP, interaksi bersama orang tua menjadi lebih sering.

Mungkin bagi anak sekarang mereka akan berkata, “Beruntungnya dimana? Sedih banget nggak ada HP”. Tentu bagi anak di masa itu, tidak memiliki HP bukan masalah. Tidak masalah karena memang mereka belum tahu apa itu HP. Itulah sebabnya disebut generasi yang “beruntung” karena lebih akrab bersama orang tuanya.

Di zaman itu, karena tidak ada HP, anak-anak lebih sering belajar dibimbing orang tuanya daripada belajar dari Youtube. Mereka belum memiliki Google yang bisa memberikan ribuan contoh cara pengerjaan soal. Penulis masih teringat kenangan bersama kakak penulis, berdiri menghadap papan tulis mengerjakan soal-soal yang dibuat oleh ayah penulis.

Ada lagu lama berjudul “Kenangan Bersama Ayah” yang sering membuat baper penulis sehingga meneteskan air mata. Liriknya menceritakan kenangan dibimbing ayah belajar di waktu maghrib. Berikut sebagian liriknya:
Dalam sebuah perjalanan menyusuri pantai utara
Berkereta di tengah malam Surabaya-Jakarta
Kuteringat masa indah, di masa-masa kecilku
Kenangan bersama ayah di kampung halaman
...
Suasana pengajian petang seperempat malam pertama
Riuh rendah suara hafalan atau cemeti hukuman
Hening hanya decahan, kala epik dipaparkan
Liku-liku perjuangan para pahlawan Islam
...
Ayah terima kasih, ananda haturkan kepadamu
Yang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibu
Ayah, engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiaku
Yang telah membimbing masa kecilku, meniti jalan Tuhanku
Lagu lama di atas mungkin tidak akan membuat baper bagi anak-anak yang tidak mengalami masa-masa belajar bada maghrib bersama ayahnya. Kebersamaan akan menimbulkan kenangan-kenangan di dalam hati. Jika orang tua banyak meninggalkan kenangan indah di dalam memori anaknya, kelak anak akan sering mendoakannya. Anak akan bisa memberikan doa dari hatinya yang terdalam untuk orang tuanya.

Perlunya menciptakan momen-momen kebersamaan untuk menciptakan keakraban berlaku secara umum. Di tempat penulis tinggal, tetangga-tetangga sangat akrab seperti saudara karena ada tempat berkumpul di depan blok. Banyak yang sering duduk-duduk di tempat tersebut sehingga menciptakan suasana akrab di blok. Ada juga pengajian yang dilakukan setiap bulan yang bergilir dari rumah ke rumah.

Pentingnya menciptakan momen bersama juga bisa dilihat dengan anjuran untuk sholat wajib lima waktu berjamaah di masjid. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Sholat seorang laki-laki secara berjamaah dilipatgandakan pahala sebanyak dua puluh lima kali lipat daripada sholat di rumah atau di pasarnya. (HR Bukhari)
Di dalam hadits yang lain juga dijelaskan bahwa sholat berjamaah di masjid, selain melipatgandakan pahala sholat, juga akan menghapus dosa dan menaikkan derajat. Begitu besarnya keutamaan yang diberikan kepada orang-orang yang sholat berjamaah menunjukkan penting kebersamaan dalam ibadah.

Orang-orang yang sering bertemu di masjid, meskipun tidak mengenal dengan baik, saat bertemu di jalan, mereka akan saling tersenyum karena sering bertemu. Apalagi jika mereka kemudian berkenalan dan berteman, tentu lebih akrab lagi.

Wallahu a'lam bishshowab

1 komentar

Translate