UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Menjaga Kemuliaan

  

Ada anekdot seseorang yang bertanya kepada pengemis tentang keluarganya. Pengemis menjawab bahwa ia memiliki lima anak. Dua anak di Ä°TB, satu anak di UÄ°, dan dua anak lagi di UGM.

Mendengar nama-nama kampus bergengsi disebut, penanya langsung ciut. Hebat juga pengemis ini pikirnya. Ä°a bertanya lagi, "Mereka kuliah jurusan apa Pak?"

Pengemis berkata, "Oh, mereka di sana tidak kuliah, mereka mengemis. Di sana banyak anak orang-orang kaya yang kuliah." Rupanya mereka keluarga pengemis.

Profesi mengemis adalah pekerjaan yang tidak baik dan tidak menghasilkan produk yang berguna untuk masyarakat. Banyak yang menjadikan mengemis sebagai profesi karena tidak perlu bekerja yang relatif berat.

Teman penulis bercerita bahwa ia pernah melihat seseorang yang sering mengemis sedang berjalan di rel kereta api. Bukankah berjalan di rel kereta api itu adalah hal yang sulit. Bagi orang normal saja sulit karena harus meletakan kakinya di bantalan rel. Risiko tersandungnya tinggi. Rupanya pengemis tersebut selama ini berpura-pura buta.

Meminta-minta adalah pekerjaan yang mengganggu kenyamanan masyarakat. Apalagi pelakunya sebenarnya mampu bekerja dan tidak mengalami cacat yang membuatnya tidak bisa bekerja.

Secara umum orang tidak nyaman jika didatangi peminta-minta. Jika yang meminta adalah anak yang masih kecil yang belum berakal tentu itu adalah hal yang menyenangkan. Tetapi jika yang meminta adalah seseorang yang sudah berakal dan sebenarnya mampu berusaha, tentu terasa mengganggu dan menyebalkan.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

Tidak henti-hentinya salah seorang di antara kalian meminta-minta hingga ia bertemu Allah dengan wajah tidak berdaging. (HR Bukhari)

Suatu hari penulis mengunjungi makam raja-raja Kutai di desa Kutai Lama, Anggana. Di sana ada makam raja Aji Mahkota dan makam gurunya yaitu Habib Hasyim bin Yahya atau yang lebih dikenal dengan Datuk Tunggang Parangan. Banyak orang-orang yang menunggu di sekitar makam yang meminta-minta sedekah dari para pengunjung.

Mereka meminta-minta sedekah kepada para peziarah karena tahu bahwa para peziarah biasanya adalah orang-orang yang sedang mengharapkan keberkahan. Para peziarah mengharapkan berkah dengan mencintai dan mendoakan wali yang merupakan para kekasih Allah SWT.

Maraknya peminta sedekah membuat pihak keluarga dari raja-raja Kutai memasang spanduk yang melarang meminta-minta kepada pengunjung. Khawatir para peziarah yang ingin mendoakan raja Aji Mahkota dan gurunya Datuk Tunggang Parangan yang berjasa mengembangkan Ä°slam di Kutai merasa tidak nyaman.

Sikap meminta-minta adalah hal yang tidak disukai Nabi. itu adalah perbuatan yang mengurangi kemuliaan. Meminta-minta hanya layak buat orang-orang yang mengalami darurat dan sangat kekurangan. Mereka yang sangat miskin.

Meskipun demikian, tidak semua orang miskin mau meminta-minta. Mereka malu meminta-minta dan berusaha menjaga kehormatan sebagaimana pesan Nabi berikut:

Barang siapa menjaga kehormatan dirinya (dengan tidak meminta-minta kepada manusia dan berambisi untuk memperoleh apa yang ada di tangan mereka) niscaya Allah akan menganugerahkan kepadanya iffah (kehormatan diri). Dan barang siapa merasa diri berkecukupan; niscaya Allah akan mencukupinya. (HR. Bukhari)

Karakter untuk tidak meminta-minta meskipun kekurangan disebut dengan iffah. Ä°ni adalah karakter yang mulia yang disebutkan di dalam Al-Quran:
(Orang lain) yang tidak tahu menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya; karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (wahai Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta dengan cara mendesak kepada orang lain. (QS. Al-Baqarah ayat 273)
Para amil zakat harus bekerja keras untuk menemukan orang-orang miskin yang menjaga kehormatannya ini. Jangan sampai mereka tidak menerima bantuan sehingga terjatuh karena tidak sanggup lagi berjalan. Mereka harus diberi bantuan meskipun tidak meminta.

Meskipun uang SPP sekolah beberapa bulan menunggak, meskipun sepatu anaknya sudah menganga, mereka pantang meminta-minta. Mereka lebih layak untuk mendapatkan bantuan daripada orang-orang kaya yang mengaku miskin. Orang-orang yang tidak malu mengaku miskin yang penting mendapat uang.

Mental untuk menahan diri dari meminta-minta perlu ditanamkan sejak dini. Penulis ingat ketika kecil ayah penulis menekankan pentingnya untuk tidak meminta-minta. Beliau mencukupkan diri dengan gaji dan penghasilan yang ada.

Ayah penulis yang bekerja sebagai PNS menceritakan tentang rekan kerjanya yang melakukan hal yang memalukan. Rekan kerjanya meminta uang kepada pengusaha yang membutuhkan pelayanan.

Jika orang miskin saja malu untuk meminta-minta, maka pejabat yang sudah jelas tidak kekurangan uang, seharusnya lebih layak lagi untuk malu meminta-minta. Mungkin karena sejak kecil tidak pernah ditanamkan untuk menjaga kehormatan, urat malunya sudah putus.

Mereka yang malu untuk meminta-meminta tentu lebih malu lagi untuk melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Melatih anak untuk menjaga kehormatannya, pada dasarnya juga akan menjauhkan mereka dari kejahatan. Mereka akan hidup menjadi orang terhormat.

Orang yang terbiasa untuk tidak meminta-minta akan berusaha menjadi lebih tangguh. Ä°a malu untuk meminta-minta maka ia berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan secara mandiri. Mereka juga lebih merdeka karena tidak memerlukan orang lain.

Nabi berpesan untuk berusaha menjadi mandiri dan tidak menyusahkan orang lain sebagaimana hadits berikut:

Jika salah seorang di antara kalian pergi di pagi hari lalu mencari kayu bakar yang di panggul di punggungnya (lalu menjualnya), kemudian bersedekah dengan hasilnya dan merasa cukup dari apa yang ada di tangan orang lain, maka itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi ataupun tidak, karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan mulailah dengan menafkahi orang yang engkau tanggung (HR. Bukhari)

Hadits di atas memberikan inspirasi agar orang terobsesi untuk menjadi orang yang lebih suka memberi daripada orang yang menerima. Dari pada berkhayal bertemu orang kaya dan mendapat uang satu milyar darinya, lebih baik berkhayal menjadi orang kaya dan bisa memberi bantuan satu milyar kepada orang-orang yang membutuhkan.

Kemuliaan orang yang tidak meminta-minta juga terdapat dalam hadits yang disampaikan Nabi Muhammad SAW berikut:
Kami telah berbai’at kepadamu wahai Rasulullah, namun apa saja perjanjian yang wajib kami pegang dalam bai’at ini? Rasulullah bersabda: "Wajib bagi kalian untuk menyembah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, mengerjakan shalat lima waktu, taat kepada pemimpin, (lalu beliau melirihkan perkataannya) dan tidak meminta-meminta kepada orang lain sedikit pun" (HR. Muslim)
Jika mampu bekerja tapi masih meminta-meminta, nggak malu nanti bertemu Rasululullah di Surga?

Wallahu a'lam bishshowab

1 komentar

  1. Barakallahu fikk Ustadz
    Jadi ingat di suatu tempat ada pengemis yang kaya raya karena menjual keadaannya yang tampak kasihan padahal belum tentu yang memberi lebih kaya dari dirinya

    BalasHapus
Translate