Suatu hari penulis mendengar seorang penceramah menceritakan prilaku janggal yang dilakukan Nabi Musa di dalam Al-Quran. Nabi Musa pergi ke negeri Mesir setelah bertahun-tahun tinggal di negeri Madyan. Di tengah perjalanan, ia melihat api dan mendatanginya. Ternyata api tersebut merupakan penarik perhatian agar Nabi Musa masuk ke lembah yang suci. Di sana Allah SWT berbicara kepada Nabi Musa. Allah SWT bertanya kepada Nabi Musa sebagaimana yang diabadikan di dalam Al-Quran:
Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". (QS. Thaha ayat 17-18)Hal yang janggal yang dimaksud penceramah di atas adalah jawaban Nabi Musa. Mengapa Nabi Musa menjawab dengan panjang lebar. Mengapa tidak menjawab “Tongkatku” saja? Buat apa Nabi Musa menjelaskan fungsi tongkat di tangannya? Bukankah Allah SWT Maha Mengetahui apa yang dilakukan Nabi Musa dengan tongkatnya selama ini?
Penceramah mengatakan bahwa Nabi Musa memanjang-manjangkan jawabannya karena sangat bahagia. Belum pernah sebelumnya Allah SWT berbicara langsung kepadanya. Biasanya hanya Malaikat yang diutus kepada Nabi Musa.
Bagi Nabi Musa ini adalah kesempatan yang sangat langka karena Allah SWT yang sangat ia cintai berbicara langsung dengannya. Nabi Musa ingin berlama-lama berbincang-bincang dengan Allah SWT sehingga ia menjawabnya dengan panjang lebar.
Nabi Musa ingin bermesraan lebih lama dengan Allah SWT sehingga ia sengaja berlama-lama berbincang-bincang dengan Allah SWT. Keinginan untuk berlama-lama tentu dirasakan oleh semua yang sedang memadu kasih. Sebagaimana lirik lagu Iwan Fals, “Kemesraan ini janganlah cepat berlalu”.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Musa bisa menjadi evaluasi bagi kemesraan seseorang dengan Allah SWT. Apakah ia selama ini merasa nyaman dengan mengingat Allah SWT ataukah tidak? Apakah ia ingin berlama-lama sholat atau ingin cepat selesai?
Selain ingin berlama-lama, seseorang yang akan bermesraan dengan kekasihnya tentu juga berusaha berpenampilan menarik. Ia akan membersihkan badannya, menggunakan pakaian terbaik, dan memakai mewangian.
Seseorang yang akan melakukan sholat berjamaah di masjid pada dasarnya ia sedang melangkah untuk menghadap kepada Allah SWT. Untuk mendapatkan ridho dan pahala yang lebih banyak, ia harus berpenampilan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi tambahan pahala saat seseorang pergi ke masjid. Yang pertama adalah memakai pakaian indah dan baik. Allah SWT berfirman:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf ayat 31)Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk memakai parfum saat pergi ke Masjid. Parfum adalah hal yang disukai oleh Malaikat. Nabi tidak suka jika ada yang pergi ke masjid setelah memakan makanan yang mengandung bau tidak sedap. Beliau bersabda:
Dari Jabir bin Abdillah RA, bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa yang makan bawang putih atau bawang merah, maka hendaklah ia menjauhi kami atau menjauhi masjid kami, dan hendaklah ia duduk di rumahnya.” Sesungguhnya beliau dibawakan sebuah bejana yang berisi sayur-mayur dari kacang-kacangan. Beliau mencium bau yang tidak enak, lalu beliau bertanya dan diberitahu bahwa di dalamnya terdapat bawang. Beliau bersabda: “Dekatkanlah makanan itu kepada sebagian sahabat-sahabat,” namun setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat bahwa di situ ada makan-makan yang membuat bau mulu, maka beliau tidak suka untuk memakannya, kemudian beliau bersabda: “Kalian saja yang makan, karena aku berkomunikasi dengan yang kalian tidak berkomunikasi dengannya (yaitu dengan malaikat Jibril ‘Alaihis Salam). (HR. Muslim)Jadi orang yang belum mandi dan habis makan jengkol nggak boleh ke Masjid? Boleh, tapi tentu pahalanya tidak sebanyak orang yang menjaga kebersihan dan keindahan dirinya. Jika tidak dalam keadaan darurat, tentu sebaiknya seseorang mandi dan bersiwak (menyikat giginya) sebelum pergi ke masjid. Jangankan menghadap Allah SWT, kalau ketemu presiden atau pimpinan perusahaan, nyaman nggak kalau belum mandi dan berpakaian lusuh?
Seseorang pernah mengatakan kepada penulis bahwa gurunya berpesan kepadanya untuk menjaga adab kepada Allah SWT. Cara tercepat untuk mendapatkan cinta dan ma’rifat kepada Allah SWT adalah berusaha bersikap sopan dan santun kepada Allah SWT.
Jika bertemu tokoh atau pejabat saja ada adab-adab yang harus dilakukan, tentu terhadap Allah SWT harus lebih hati-hati lagi dalam menjaga adab. Lihatlah Nabi Musa ketika berbicara dengan Allah SWT. Ia harus melepaskan alas kakinya sebagaimana yang diinginkan Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). (QS. Thaha ayat 11-13)Sebenarnya, setiap saat Allah SWT melihat dan mengawasi semua makhluknya. Namun, Saat seseorang sholat, Allah SWT memberikan perhatian khusus karena saat itu hambaNya sedang mengkhususkan waktu untuk menghadapNya. Saat sholat, seseorang akan meninggalkan hal-hal lain dan hanya berusaha menghadap Allah SWT.
Bagi orang yang akan melakukan sholat, bersih dari kotoran saja tidak cukup. Ia harus membersihkan dirinya dari hadats kecil. Ia harus menyucikan wajah, tangan dan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya dengan berwudhu. Air yang digunakan pun harus memenuhi syarat tertentu. Tidak semua air bisa digunakan untuk bersuci dari hadats kecil.
Kenapa harus berwudhu sebelum sholat? Ia tidak sedang mempersiapkan diri bertemu pejabat, ia akan menghadap Pencipta dirinya. Oleh karena itu ia harus mengikuti aturan yang ditentukan oleh Maha Pencipta.
Semakin beradab seseorang saat akan mengerjakan sholat, maka semakin banyak pahala yang ia dapatkan. Sholat di masjid lebih banyak pahalanya daripada sholat di rumah karena Allah SWT senang jika hambaNya sholat dalam keadaan berjamaah di masjid.
Sholat dengan menggunakan penutup kepala (kopiah, surban, dll) lebih banyak pahalanya daripada tidak menggunakan penutup kepala. Masuk dan keluar masjid dengan berdoa yang diajarkan Nabi, lebih disukai Allah SWT daripada tidak dengan membacanya.
Allah SWT juga lebih suka jika seseorang masuk ke masjid dengan kaki kanan dan keluar dari masjid dengan kaki kiri. Sholat tahyatul masjid yang dilakukan saat seseorang memasuki masjid akan menambah kesopanan seseorang kepada Allah SWT.
Imam Zainal Abidin saat berwudhu raut wajahnya berubah. Tidak hanya menjadi pucat, tubuhnya pun gemetar. Seseorang yang melihat perubahan tersebut lalu menanyakan sebab Imam Zainal Abidin tiba-tiba seperti orang yang gentar. Imam Zainal Abidin lalu berkata, ”Tahukah engkau aku berdiri menghadap siapa?” Imam Zainal Abidin sadar bahwa ia akan menghadap yang Maha Besar.
Menjaga adab kepada Allah SWT bukan hanya pada saat sholat. Itulah sebabnya ada orang-orang yang tetap menjaga wudhunya meskipun tidak sedang melakukan sholat.
Wallahu a'lam bishshowab
Barakallahu fikk Ustadz
BalasHapusSungguh sangat merugi manusia yang tidak mengetahui siapa sebenarnya kekasih yang ia dambakan selama hidupnya