Sahabat penulis menceritakan pengalamannya saat kuliah di Jerman. Ada seorang wanita Jerman, teman kuliahnya, mengajaknya melakukan hubungan intim tanpa ikatan.
Ia menceritakan suasana saat itu. Suasana yang sangat mendukungnya untuk berbuat maksiat. Ribuan kilometer dari kampung halamannya. Tidak akan ada teman atau kerabatnya yang mengetahui perbuatannya.
Tawaran yang diberikan pun tidak mensyaratkan ia untuk bertanggungjawab. "Bidadari" yang mengajaknya, menganggap hubungan intim yang dilakukan, atas dasar suka sama suka yang tidak perlu dilanjutkan dengan ikatan tanggung jawab. Masing-masing bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatannya.
Teman penulis mengatakan bahwa di saat godaan yang begitu kuat, ia terbayang wajah ibunya. Ia membayangkan bahwa ibunya pasti akan sangat sedih jika ia melakukan itu. Ia tidak tega menyakiti hati ibunya. Ia tidak mau melawan ibunya yang telah mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepadanya. Ia pun menolak tawaran teman kuliahnya.
Ini salah satu godaan berat dalam episode hidupnya. Namun, peristiwa tersebut membuatnya mendapatkan kesempatan untuk masuk ke dalam golongan istimewa yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW. Golongan yang kelak mendapatkan naungan Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori menyebutkan tentang tujuh golongan yang kelak di akhirat termasuk kelas elit. Mereka adalah orang-orang yang bisa melakukan amal perbuatan yang tidak semua orang mampu melakukannya.
Salah satu dari golongan tersebut adalah seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan dan cantik, kemudian menolaknya, sambil menjawab, “Sungguh aku takut kepada Allah."
Ini perbuatan yang sulit sehingga disejajarkan dengan pemimpin yang adil yang juga termasuk di dalam tujuh golongan yang diceritakan Nabi.
Ujian berupa wanita adalah ujian yang cukup berat bagi seorang lelaki. Ujian yang selalu menjadi pembicaraan manusia. Ujian yang terjadi di setiap generasi seperti kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha. Zulaikha adalah wanita cantik istri seorang menteri yang menggoda Nabi Yusuf.
Para mufasir berbeda pendapat apakah Nabi Yusuf sebenarnya tergoda atau sama sekali tidak bergairah terhadap Zulaikha. Mereka berbeda pendapat tentang kata "hamma" yang artinya bermaksud atau berkehendak.
Para mufasir yang berpendapat bahwa Nabi Yusuf juga memiliki gairah terhadap Zulaika disebabkan karena Nabi Yusuf sebagai pemuda yang sehat dan perkasa secara fitrah tentu memiliki gairah terhadap wanita. Memiliki gairah adalah hal yang wajar. Memiliki gairah bukan merupakan dosa selama tidak dilakukan.
Adanya nafsu bukan merupakan kesalahan Nabi Yusuf, justru itu merupakan kehebatan Nabi Yusuf yang mampu melawannya. Jika tidak gairah terhadap Zulaika, maka penolakan tawaran Zulaika bukanlah perbuatan istimewa. Sangat mudah menolak sesuatu yang tidak diinginkan.
Ayat Al-Quran yang menceritakan suasana tersebut tercantum dalam surat Yusuf:
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (QS. Yusuf ayat 24)
"Tanda dari Tuhannya" yang disebutkan di dalam ayat di atas yang menyebabkan Nabi Yusuf menolak ajakan Zulaika, disebutkan oleh Ibnu Abbas adalah bayangan wajah ayahnya yang menggigit jarinya. Menurut riwayat lain, Nabi Yusuf merasa dadanya dipukul oleh ayahnya, Nabi Yaqub.
Nabi Yusuf sangat dekat dengan ayahnya. Nabi Yaqub memberi perhatian lebih kepada Nabi Yusuf dibandingkan kepada saudara-saudara lain. Ia sangat mencintai Nabi Yusuf.
Kecintaan Nabi Yaqub kepada Nabi Yusuf terbaca oleh saudara-saudaranya. Mereka cemburu dan akhirnya membuang Nabi Yusuf ke dalam sumur. Nabi Yusuf ditemukan oleh seseorang yang kemudian membawanya ke negeri tempat Zulaikha berada.
Nabi Yaqub wajar memberikan perhatian lebih kepada Nabi Yusuf karena Ibu kandung Nabi Yusuf dan Bunyamin, yaitu Rahel, telah wafat saat mereka masih kecil. Sedangkan saudara-saudara tiri mereka masih memiliki ibu kandung yaitu Laiya.
Rasa iba melihat Nabi Yusuf yang masih sangat kecil ditinggal ibu kandungnya membuat Nabi Yaqub memberikan perhatian khusus untuk menghiburnya. Mengharapkan ibu tiri Yusuf tentu juga sulit karena ia juga harus merawat sepuluh anak kandungnya.
Selain iba karena menjadi piatu, Nabi Yaqub juga menyayangi Nabi Yusuf karena ia memiliki kelebihan yaitu akhlaknya yang mulia. Nabi Yusuf juga memiliki wajah yang tampan.
Ikatan yang erat antara Nabi Yusuf dengan ayahnya telah membuatnya terhindar dari perbuatan dosa. Ikatan yang kuat yang dimiliki teman penulis dengan ibunya pula yang membuat teman penulis mampu melawan ajakan yang menggoda.
Dapat disimpulkan bahwa rasa cinta dan kedekatan punya pengaruh yang kuat kepada kepatuhan dan ketaatan. Baru melihat bayangan wajahnya saja sudah memberikan kesan yang kuat. Bagaimana jika berhadapan langsung.
Jika ada orang tua menemui bahwa anaknya sulit untuk taat kepadanya maka itu menjadi indikator bahwa anaknya tidak memiliki ikatan kasih yang kuat. Seorang anak yang merasa bahwa orang tuanya tidak mengasihinya tentu juga tidak memberikan kasihnya dengan sepenuh hati.
Seorang penceramah menjelaskan bahwa orang tua harus berhasil mendekati anaknya jika tidak ingin anaknya diterkam oleh orang lain. jangan sampai anaknya mendapatkan kasih sayang atau merasakan ikatan yang kuat dengan orang-orang yang tidak baik.
Ketika mereka merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup di rumah, mereka akan mencarinya di luar rumahnya. Bahayanya adalah jika pengedar narkoba atau kelompok geng mencium adanya jiwa-jiwa yang haus akan kasih sayang ini.
Mereka akan mendekatinya dan menawarkan persahabatan dan ikatan kedekatan. Mereka akan menepuk pundaknya dan berkata,"Kamu hebat." Memberikan kata-kata pujian atau semangat yang selama ini tidak didapatkan di dalam rumah. Membuatnya merasa berharga dan nyaman berada di dekat mereka.
Anak-anak yang tidak memiliki kedekatan dengan orang tua bisa dideteksi dari sikapnya. Ada anak yang sampai dimaki-maki orang tuanya karena tidak mau menuruti perintah. Sikap-sikap para pelawan orang tua seperti ini akan menjadi sasaran empuk orang-orang yang memiliki niat tidak baik untuk memasukkannya ke dalam jaringannya.
Seorang anak yang taat kepada orang tua, jangankan dimaki-maki, melihat raut wajah orang tuanya berubah saja sudah membuat mereka bergegas melaksanakan perintah. Penulis pernah melihat seorang anak dengan segera mengerjakan perintah setelah mendengar kalimat "Ibu nggak suka." Tidak perlu membentak, dengan kalimat lembut saja sudah membuat anaknya begerak secepat kilat.
Bermain bersama anak, main game, membicarakan super hero idaman mereka, sepertinya bukan proses belajar-mengajar. Namun dengan adanya hubungan yang kuat, proses belajar mengajar menjadi lebih cepat. Mereka yang mau mendengarkan dan memperhatikan perkataan orang tua tentu dapat lebih menerima pelajaran.
Proses bermain juga bisa menjadi proses belajar Terutama pelajaran untuk mencintai dan berbakti kepada orang tua.
Jadi, saatnya mendatanginya untuk bermain bersama. Jangan sampai ada orang lain yang lebih cepat mendekatinya.
*Wallahu a'lam bishshowab*
Barakallahu fikk Ustadz
BalasHapusBarakallah Ustadz
BalasHapus