Suatu hari, saat penulis masih kecil, orang tua penulis pergi ke luar kota sedangkan listrik dalam keadaan padam. Karena takut gelap, penulis dan saudara-saudara penulis berkumpul di kamar orang tua. Tiba-tiba terdengar suara pintu berderit. Dari suara deritnya kami tahu bahwa pintu yang terbuka adalah pintu belakang di dekat dapur. Tentu saja kami ketakutan dan tidak ada yang mau menutup pintu tersebut. Akhirnya kami memutuskan akan menutup pintu tersebut bersama-sama.
Setelah dewasa, peristiwa tersebut menjadi cerita lucu bagi kami. Kami mentertawakan tindakan si bungsu waktu itu. Saat akan menutup pintu, kakak penulis membawa lilin dan penulis membawa tongkat kayu untuk berjaga-jaga jika bertemu pencuri. Si bungsu membawa Al-Quran. Ia bersikeras bahwa Al-Quran juga alat bela diri. Bagaimana jika ternyata yang mendorong pintu adalah hantu? Untungnya hanya angin yang membuat pintu tersebut terbuka.
Al-Quran sebagai salah satu kitab suci memiliki banyak fungsi antara lain sebagai obat, pengingat, pengundang rahmat, dan lain-lain. Salah satu fungsi Al-Quran yang utama, bagi seorang muslim, adalah menjadi petunjuk (al-Huda). Ia menjadi sarana yang membuat seseorang semakin merasakan kebesaran Allah SWT dan semakin dekat denganNya. Lalu kenapa ada orang-orang yang membaca Al-Quran justru semakin jauh dari Allah SWT? Fenomena ini sudah dijelaskan di dalam Al-Quran:
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (QS. Al-Baqarah ayat 25)
Nyamuk adalah binatang yang dianggap sebelah mata dan tidak berharga. Namun, meskipun binatang yang dianggap rendah, nyamuk adalah bukti kebesaran Allah SWT. Seorang penceramah pernah menjelaskan betapa dahsyatnya penciptaan nyamuk. Jangankan menciptakan nyamuk, seandainya manusia disuruh membuat replika nyamuk yang seukuran dengan ukuran aslinya saja, tentu akan kesulitan.
Bayangkan nyamuk sekecil itu memiliki belalai yang sangat kecil namun memiliki lubang yang bisa digunakan untuk menghisap darah. Sebelum memasukkan belalainya untuk menghisap darah, nyamuk menggunakan rahangnya untuk menggergaji kulit manusia agar terbentuk lubang. Ketika pembuluh darah manusia terluka, maka tubuh manusia akan bereaksi dengan mengeluarkan enzim untuk membuat darah beku sehingga dapat menutup luka.
Darah manusia yang membeku tentu akan menyulitkan nyamuk menghisap darah karena belalai yang ia miliki sangat sempit lubangnya. Agar darah manusia tidak membeku, nyamuk menyemprotkan enzim yang membuat darah tidak bisa mengental.
Betapa hebatnya nyamuk. Darimana ia tahu bahwa di balik kulit manusia tersebut ada pembuluh-pembuluh darah yang berisi makanan? Siapa yang memberitahu nyamuk tentang enzim yang bisa melawan enzim yang dikeluarkan tubuh manusia agar darah tetap cair? Bagaimana nyamuk bisa memproduksi enzim tersebut? Cukup menggunakan nyamuk saja manusia seharusnya mengakui kebesaran Allah SWT.
Sejarah telah mencatat bahwa raja Namrud yang sangat berkuasa telah tewas setelah seekor nyamuk memasuki hidungnya. Raja Namrud sangat tersiksa dan memukul-mukul kepalanya hingga tewas. Allah SWT memberikan contoh bahwa raja Babilonia yang telah berusaha membunuh Nabi Ibrahim tersebut bisa dibunuh oleh makhluknya yang sangat sederhana. Tidak usah menggunakan singa atau ikan paus Orca, Allah SWT mampu menyiksa dan menghinakan Raja Namrud, pemilik kerajaan yang besar, dengan seekor nyamuk.
Di dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 25 bahkan menyebutkan binatang yang lebih kecil dari nyamuk sekalipun merupakan tanda dari kebesaran Allah SWT. Virus dan bakteri saja telah membuat para ahli terkagum-kagum, apalagi nyamuk. Lalu kenapa ada orang yang tersentak kesadaran dirinya setelah Al-Quran menyebutkan nyamuk dan ada orang yang meremehkannya? Di mana perbedaannya?
Ada orang-orang yang belum pernah membaca Al-Quran. Saat mereka pertama kali membaca Al-Quran, mereka menangis dan mengatakan bahwa pertanyaan kehidupan yang selama ini membuatnya gelisah telah ia temukan di dalam Al-Quran. Lalu kenapa ada orang-orang yang sejak kecil membaca Al-Quran tetapi seumur hidupnya tidak pernah tersentuh dan meneteskan air mata?
Nabi Muhammad SAW pernah meminta salah seorang sahabat membaca Al-Quran:
Dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku, 'Bacakanlah Al-Quran untukku.' Maka aku pun berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah aku akan membacanya untuk Anda, padahal kepada engkaulah Al-Qur’an diturunkan?' Ia menjawab, 'Ya.' Lalu aku pun membacakan surat An Nisa, hingga aku sampai pada ayat, 'Dan bagaimanakah sekiranya Kami mendatangkan manusia dari seluruh umat dengan seorang saksi, lalu kami mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka.' Maka beliau pun bersabda padaku, 'Cukuplah.' Lalu aku menoleh ke arahnya dan ternyata kedua matanya sudah meneteskan air mata," (HR. Bukhari)
Salah satu hal yang membuat Al-Quran memberikan efek kepada pembaca atau pendengarnya adalah adanya penghormatan dan kesadaran bahwa Al-Quran adalah kalam Tuhan. Saat seseorang membaca Al-Quran, ia juga harus merasakan bahwa kalimat-kalimat di dalam Al-Quran tersebut ditujukan kepada dirinya, bukan kepada Nabi Muhammad SAW. Memang ayat-ayat tersebut diturunkan Allah SWT dengan dibawa oleh malaikat Jibril dan dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun hakikatnya Al-Quran diturunkan dengan tujuan bukan untuk Nabi Muhammad SAW saja.
Suatu hari, saat liburan pesantren, anak penulis bersiap-siap untuk berbaring beristirahat. Tiba-tiba ia berdiri dan mengambil Al-Quran yang penulis taruh di meja kemudian menyimpannya di laci. Ia merasa gelisah dan tidak bisa tidur karena melihat Al-Quran tidak disimpan di tempat yang layak dan dibiarkan tergeletak di meja. Prilaku penghormatan terhadap Al-Quran memang sangat ditekankan di pesantren tempat ia belajar.
Lihatlah perilaku para ulama dalam berinteraksi dengan Al-Quran. Mereka berusaha melakukan adab-adab terbaik dalam memperlakukan Al-Quran. Sebelum membaca Al-Quran, dianjurkan menyikat gigi agar mulut berbau harum. Al-Quran dibaca dalam keadaan berwudhu, duduk dengan sopan, dan menghadap kiblat.
Seorang ulama mengatakan alasan kenapa selalu memakai pakaian rapi saat berceramah. Ia menghormati hadits-hadits yang merupakan ucapan Nabi Muhammad SAW yang akan ia kutip dalam ceramah. Apalagi saat ceramah bukan hanya hadits-hadits yang ia sampaikan, tetapi juga ayat Al-Quran yang merupakan firman Allah SWT. Tentu penghormatannya lebih tinggi lagi.
Adab lain yang penting harus dilakukan saat membaca Al-Quran adalah meminta perlindungan kepada Allah SWT saat membaca Al-Quran. Ini adalah perintah Allah SWT:
Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Alquran, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS. An Nahl ayat 98)
Imam Ghozali memberikan beberapa tips agar dapat menangis saat membaca Al-Quran. Jika tips tersebut sudah dicoba tetapi tidak juga bisa menangis, Imam Ghozali mengatakan bahwa itu adalah musibah, maka menangislah karena itu tanda kerasnya hatimu.
Wallahu a'lam bishshowab
Barakallahu fikk Ustadz
BalasHapus