Awal persahabatan Cristiano Ronaldo dan Khabib Nurmagomedov bermula saat Ronaldo mengikuti akun media sosial Khabib. Khabib yang merupakan juara dunia Ultimate Fighting Championship (UFC) dengan rekor tidak pernah kalah semula tidak yakin saat diberitahu temannya bahwa Ronaldo memperhatikan dirinya. Setelah Khabib mengecek akunnya barulah ia percaya. Tentu saja Khabib merasa senang. Ternyata ia menjadi perhatian Ronaldo. Ronaldo adalah pemain bola yang telah meraih predikat pemain terbaik (Ballon D'or) beberapa kali. Ia tidak menyangka bahwa ternyata Ronaldo memperhatikan dan mengikuti kehidupannya.
Seseorang akan merasa memiliki hubungan intim jika ia diperhatikan secara khusus. Bayangkan jika ada orang biasa yang berada di ujung pelosok Indonesia dan belum pernah bertemu dengan presiden Indonesia. Tiba-tiba ia bertemu dengan presiden Indonesia yang melambaikan tangannya dan memanggil dirinya. Ia pasti ragu-ragu dan bertanya, “Saya Pak?” Dan ia akan kembali terkejut ketika presiden berkata,” Kamu, iya kamu.”
Keterkejutannya akan bertambah jika ternyata diam-diam presiden telah mengenalinya selama ini. Presiden menyapanya, "Eh, gimana kabarnya? Kamu Han anak Pak Usman khan?" Pasti ia akan merasakan kedekatan hubungan. Ia akan senang kepada Presiden.
Kedekatan hubungan muncul karena merasakan adanya perhatian. Jurus yang selalu dipakai oleh para pria untuk memikat wanita. Itu sebabnya konon ahli psikolog menganjurkan para ayah untuk dekat dengan putrinya agar ia memiliki kekebalan ketika dirayu oleh seorang pria. Ketika putrinya kurang mendapatkan perhatian sang ayah, maka putrinya akan sangat rentan dan terlena ketika dirayu oleh seorang pria. Ia merasa bahwa pria yang merayunya adalah lelaki yang terbaik di dunia. Ia merasa sangat dekat karena ia tidak mendapatkan perhatian yang begitu luar biasa.
Hubungan manusia dengan Tuhan terkadang sangat jauh karena manusia tidak mampu merasakan adanya perhatian Tuhan kepada dirinya. Ia merasa bahwa makhluk Tuhan sedemikian banyak. Bagimana mungkin Tuhan selalu memperhatikannya. Siapa sih dirinya dibandingkan milyaran manusia yang ada, ia hanyalah manusia biasa dan bukan siapa-siapa. Belum lagi makhluk-makhluk lainnya berupa tumbuhan, hewan, malaikat, jin, gunung, dan lain-lain.
Sesungguhnya Allah SWT memiliki kemampuan untuk mengawasi semua makhluknya. Bahkan setiap biji yang berada di dalam kegelapan tanah pun diketahui oleh Nya. Allah SWT berfirman:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) (QS. Al-an'am ayat 59)
Bayangkan, berapa banyak biji-bijian yang jatuh ke tanah. Jika tidak seijin Allah SWT, bagaimana mereka akan tumbuh? Jika Allah SWT tidak memberikan kehidupan kepada biji tersebut, ia akan musnah dan tidak akan pernah tumbuh menjadi tanaman. Tidak ada satu makhluk pun yang lepas dari pengawasan Allah SWT.
Saat seseorang mulai menyadari bahwa Allah SWT selalu memperhatikan dirinya, saat itulah akan mulai tumbuh kesadaran untuk dekat denganNya. Seorang sahabat pernah menangis tersedu-sedu karena Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa Allah SWT menyebut namanya.
Rasulullah bersabda kepada Ubay bin Kaab "Wahai Ubay, sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membacakan kepadamu Surat Al Bayyinah lalu ia berkata, "Apakah Allah telah menyebut namaku kepadamu wahai Rasulullah?" beliau menjawab, "iya" maka Ubay pun menangis. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bagaimana Ubay bin Kaab tidak menangis sedangkan Allah SWT pemilik langit dan bumi menyebut namanya. Allah SWT tidak hanya memperhatikan dirinya namun memberikan perlakukan khusus dengan menyebut namanya kepada Rasulullah SAW.
Di dalam beberapa hadits Nabi Muhammad SAW menyampaikan bahwa Allah SWT memberikan perhatian khusus kepada manusia. Bahkan Allah SWT menyebut-nyebut nama mereka yang menyebut-nyebut nama Allah di suatu majelis. Di dalam hadits qudsi Nabi Muhammad SAW menceritakan bahwa Allah SWT berfirman:
Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku pada-Ku. Aku bersamanya kala ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, maka aku akan menyebut-nyebutnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu. (HR. Muslim)
Masalahnya banyak manusia yang tidak berusaha menghayati bahwa setiap kali ia mengingat Allah SWT maka saat itu Allah SWT akan memberikan perhatian khusus kepadanya. Jika ia mau menghayati bahwa saat ia berdzikir Allah SWT sedang memperhatikannya secara khusus tentu ia akan mudah merasa lebih dekat.
Allah SWT menyuruh untuk berdzikir sebanyak-banyaknya karena pada saat itu Allah SWT akan mengingat mereka yang sedang berdzikir. Allah SWT berfirman:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah ayat 152)
Dzikir yang dimaksud di atas tentu saja bukan hanya sekedar menyebut-nyebut nama Allah SWT di lisan saja tetapi melupakannya di dalam hatinya. Karena hakikatnya hati yang mengingat Allah SWT itu lebih utama daripada sekedar lisan yang menyebut namaNya. Seperti mengucapkan kalimat "astaghfirullahal A'dzhim" namun hatinya lalai. Tidak ada di dalam hatinya kehadiran Allah SWT. Otomatis istighfar yang ia ucapkan adalah istighfar yang kosong. Istighfar yang tidak disertai perasaan "al-A'dzhim" yang maknanya adalah "Yang Maha Agung".
Istighfar yang hanya sekedar di lidah saja tanpa hadirnya hati menunjukkan ia dalam keadaan jauh dari Allah SWT. Seperti istilah sufi, itu adalah istighfar yang membutuhkan istighfar. Istighfar yang harus disusul dengan istighfar karena ia mengucapkannya dalam keadaan melupakan Allah SWT.
Istighfar yang hanya sekedar di lisan dan tidak tembus ke dalam hati ini disebabkan karena ia tidak merasa bahwa Allah SWT sedang memperhatikan dirinya. Jika ia merasa Allah SWT sedang memperhatikannya, mungkinkah hatinya bisa lalai? Seperti anak-anak yang sedang mengerjakan ujian di hadapan seorang guru. Mungkinkah mereka berani mencontek dan berbuat curang? Beranikah seseorang mengucapkan istighfar dan memohon ampun sambil tertawa saat ia merasakan Allah SWT melihat dirinya?
Para wali Allah SWT pada dasarnya adalah mereka yang bisa merasakan Allah SWT selalu memperhatikan diri mereka. Pada dasarnya air mata mereka yang tertumpah saat berdoa disebabkan mereka merasa Allah SWT mendengar doanya. Jika mereka tidak yakin Allah SWT mendengar doanya, mungkinkah mereka akan menangis.
Ada seorang anak yang berkelahi dengan temannya. Sebenarnya pukulan yang ia rasakan tidaklah terlalu menyakitkan. Namun, saat ia melihat ayahnya datang, ia mulai menangis. Ia menangis agar Ayahnya merasa kasihan dan membantunya. Jika ayahnya tidak datang, ia akan terus berkelahi. Buat apa menangis, itu akan membuat musuhnya merasa menang dan senang.
Mereka yang tidak bisa merasakan perhatian Allah SWT akan sering melupakan Allah SWT. Ia akan merasa jauh dari Allah SWT. Padahal Allah SWT mengenali dirinya lebih dari siapapun yang ada di dunia. Setiap manusia memiliki hubungan langsung kepada Allah SWT. Allah SWT mengenali dan memperhatikan dirinya lebih dari ibu kandungnya. Ibunya hanya melahirkannya, sedangkan Allah SWT telah menciptakannya.
Wallahu a'lam bishshowab
Masya Allah Jazakumullah Khoiron katsiro ustadz bisa untuk muhasabah diri
BalasHapus