Suatu hari teman penulis pergi ke acara undangan bersama teman-temannya. Pulang dari acara mereka membawa hadiah berupa sebuah tempat yang berisi makanan dari tuan rumah. Tentu semua merasa gembira membawa hadiah tersebut. Sudah makan kenyang, masih juga dibekali makanan buat di rumah.
Tiba-tiba teman penulis berpikir nakal. Ia ingin merusak kegembiraan yang dirasakan teman-temannya. Diam-diam ia memasukan beberapa lembar uang ke dalam tempat makanan yang ia bawa. Kemudian sambil pura-pura terkejut ia mengatakan bahwa di tempat makanannya ada uangnya. Seakan-akan tuan rumah selain menghadiahkan makanan, juga menyisipkan uang di dalamnya.
Melihat lembaran uang ratusan ribu rupiah, teman-temannya menjadi heboh dan mulai membuka tempat makanan yang mereka bawa dengan harapan akan menemukan uang yang sama. Bahkan ada yang sampai mengobrak-abrik membongkar makanan yang ia bawa. Betapa kecewanya mereka karena tidak menemukan adanya uang. Wajah-wajah yang tadi gembira berubah menjadi sedih dan kecewa.
Sedih adalah akibat dari kenyataan yang lebih rendah daripada yang harapan. Dalam kasus di atas seharusnya mereka bergembira karena mendapat hadiah makanan. Adalah hal yang aneh mengalami kesedihan di saat mendapatkan hadiah. Seharusnya mereka bergembira karena bagaimanapun itu adalah hadiah. Namun demikianlah yang namanya perasaan. Ketika harapan terhadap hadiah meningkat, mereka menjadi sedih jika tidak tercapai.
Rumus munculnya kesedihan yang dipakai oleh teman penulis yaitu dengan menaikkan keinginan jauh di atas kenyataan juga bisa dipakai untuk menghilangkan kesedihan. Caranya dengan menggunakan rumus tersebut secara terbalik. Yaitu menurunkan keinginan agar kenyataan yang diterima lebih tinggi daripada harapan.
Penjelasan tentang konsep sedih juga bisa dijelaskan dengan konsep miskin atau kaya yang dijelaskan oleh Nabi Muhamad SAW. Beliau bersabda:
Kaya bukan dengan banyaknya harta, tapi kaya yang sebenarnya adalah kaya hati. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas menunjukkan bahwa sebanyak apapun harta yang dimiliki, jika keinginannya lebih tinggi daripada harta yang ia punyai, ia akan tetap merasa miskin. Yang menentukan kaya atau miskin bukan ditentukan jumlah harta yang dimiliki, tetapi jumlah harta yang diinginkan oleh hatinya. Betapa banyak milioner yang merasa miskin dan tidak mampu berbagi. Di sisi lain ada orang-orang yang terus membagikan hartanya meskipun secara indeks kekayaan mereka berada di bawah garis kemiskinan.
Orang miskin, bisa mendadak merasa menjadi kaya jika tiba-tiba ia bertemu orang yang lebih miskin dari dirinya. Begitu juga dengan orang yang merasa sedih. Kesedihannya akan berkurang jika ia bertemu dengan orang yang kondisinya lebih parah.
Seperti cerita anekdot pilot dan ko-pilot yang pesawat mereka jatuh di sebuah hutan. Mereka selama ini tidak akur dan saling bermusuhan. Mereka kemudian berpisah untuk mencari sesuatu yang dapat dimakan. Sang pilot berhasil menemukan pohon apel lalu mengambil buahnya. Tiba-tiba datang suku yang menghuni hutan dan menangkap pilot dengan tuduhan mencuri buah apel di hutan mereka.
Pilot dijatuhi hukuman sesuai aturan yang berlaku yaitu dilempari dengan buah yang ia curi sepuluh kali. Setiap kali apel dilemparkan pilot berteriak kesakitan. Namun, saat lemparan kesembilan, ia tertawa terbahak-bahak. Algojo yang melempar terheran-heran. Rupanya si pilot melihat ko-pilot tertangkap dengan membawa buah durian. Ia membayangkan betapa sakitnya ko-pilot saat nanti dihukum dengan buah durian.
Sedih memiliki perbedaan waktu dengan takut. Jika takut disebabkan oleh kekhawatiran apa yang akan terjadi di masa depan, sedih disebabkan oleh apa yang sedang atau sudah dialami di masa lalu. Dua perasaan ini, jika berlebihan, memberikan efek yang merugikan bagi manusia.
Sedih memicu tubuh memproduksi hormon kortisol yang membuat tekanan darah dan gula darah akan naik.Hormon kortisol memang berguna di saat manusia terancam. Saat bertemu binatang yang berbahaya tubuh akan menghasilkan kortisol yang membuat manusia memiliki energi tambahan. Detak jantung akan lebih kuat dan energi meningkat disebabkan kewaspadaan yang tinggi. Namun di saat-saat tidak ada ancaman, tubuh yang banyak memproduksi hormon kortisol akan mengalami kerugian. Kortisol yang berlebihan akan merusak kesehatan yang salah satunya membuat jantung mengalami gangguan.
Kesedihan atas apa yang sudah terjadi tidak dapat diatasi dengan merubah masa lalu. Masa lalu sudah terlewat dan tidak bisa diputar balik. Bahkan kembali ke masa satu menit yang lalu saja tidak akan bisa dilakukan. Jika memang tidak bisa dirubah, lalu apa gunanya mengingat kembali peristiwa tersebut? Setiap kali teringat, segera alihkan pikiran ke hal lain untuk melupakannya.
Melupakan kesedihan di masa lalu akan membuat hidup kembali bergairah. Move on adalah kunci untuk berpindah ke kehidupan yang baru. Ada kalimat di media sosial untuk mengingatkan orang-orang yang tersakiti agar bisa move on. Kalimat tersebut adalah “Mantan tidak perlu dikenang, dia bukan Pahlawan.” Pepatah yang tepat karena mengingat-ingat mantan akan menimbulkan kesedihan.
Ibarat pepatah “Nasi sudah menjadi bubur”. Mengembalikan bubur kembali menjadi nasi adalah perbuatan yang dianggap mustahil. Satu-satunya cara adalah berusaha menikmati bubur tersebut dengan memodifikasi masakan.
Saat seseorang terjatuh, untuk apa ia berlama-lama di tanah? Ia harus segera bangkit dan terus melanjutkan perjalanan. Perjalanan akan membuatnya lupa akan luka di lututnya. Suasana perjalanan akan menghilangkan perihnya luka.
Ada seorang pemuda yang harus mengalami kelumpuhan pada usia 17 tahun. Saat itu ia sedih dan mengurung dirinya di kamar. Ayahnya memotivasinya dengan mengatakan bahwa “hidup itu adalah pilihan”. Ayahnya mengingatkan bahwa jika ia memilih tetap berada di kamar maka ia tidak akan mendapatkan apa yang selama ini ia cita-citakan.
Ia kemudian merenungi ucapan ayahnya. Ia menyadari bahwa ia tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan. Ia keluar dari kamarnya dan meraih cita-citanya. Ia pun berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia dan menjadi pemimpin di perusahaan besar kelas dunia. Ia adalah almarhum Handry Satriago yang merupakan CEO dari General Electric (GE) Indonesia.
Lalu apakah peristiwa masa lalu tidak perlu dievaluasi? Mengevaluasi perjalanan hidup jelas harus dilakukan. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW telah bersabda:
Seorang mukmin tidak boleh jatuh ke satu lubang dua kali. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits Nabi di atas jelas menyiratkan bahwa seorang mukmin wajib mengevaluasi segala peristiwa yang telah terjadi agar tidak terulang di masa depan. Namun, evaluasi tersebut bertujuan hanya untuk mengambil hikmah atau ilmu pengetahuan. Jika hikmah peristiwanya telah difahami, detil jalan ceritanya tidak perlu diingat-ingat kembali.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus ayat 62)
Para wali Allah SWT adalah orang-orang yang cerdas. Mereka bisa meminimalisir rasa takut akan masa depan dan rasa sedih atas masa lalu. Mereka tahu bahwa masa depan tidak perlu ditakutkan karena belum terjadi. Mereka juga tahu bahwa masa lalu tidak perlu disedihkan karena sudah berakhir. Jika dulu kekurangan, toh sekarang sudah tercukupi. Jika dulu terluka, toh sekarang sudah sembuh. Jika dulu terpisah, toh sekarang sudah bersatu kembali. Nikmati yang sekarang dan lupakan yang lalu.
Mengenang peristiwa-peristiwa masa lalu yang menyedihkan boleh dilakukan jika memberikan efek positif dan menimbulkan kebahagiaan. Jika efeknya menimbulkan rasa syukur dan bahagia, tentu itu adalah hal yang positif. Namun, jika mengenangnya justru membuat sedih, buat apa dilakukan?
Wallahu a’lam bishshowab.
Semangat luar biasa Tadz
BalasHapus