Di hari terakhir kerja, menjelang libur cuti bersama hari raya, tiba-tiba ada pesan masuk di grup WA, "Jam 15.00 kok suwe banget yo?" Rupanya ada yang tidak sabar ingin pulang ke kampung halaman. Ia sengaja datang sangat pagi ke kantor, mengambil flexi time, agar bisa pulang kantor lebih cepat.
Penulis melihat jam, pukul 14.56 wita. Tinggal empat menit saja dari jam 15.00 wita. Tapi penulis yakin, meskipun hanya empat menit, itu adalah waktu yang panjang bagi para perindu. Rindu bisa merubah empat menit menjadi terasa empat puluh menit bahkan empat jam tergantung tingkat keparahan rindunya.
Menanti adalah hal yang menggelisahkan karena menahan perasaan yang bergejolak. Jangankan menahan rindu, menanti berbuka puasa saja sudah membuat seseorang menengok jam berkali-kali. Jarum jam seperti tidak bergerak yang terkadang menimbulkan rasa curiga. Jangan-jangan jamnya rusak.
Hari raya adalah hari yang ditunggu-tunggu banyak umat Islam yang menjadikannya momen untuk berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman. Di negara-negara yang menerapkan libur panjang, pada hari raya ada tradisi mudik. Karena hampir semua sekolah dan kantor libur, itu adalah saat tepat untuk berkumpul. Di hari biasa, sulit menyamakan cuti atau liburan sekolah secara bersama-sama dengan saudara-saudara yang berada di berbagai tempat.
Hari raya adalah hari untuk berbahagia. Anas bin Malik menceritakan:
Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa Jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idulfitri dan Iduladha.” (HR. An-Nasai)Kehilangan momen untuk bersenda gurau dengan karib kerabat di hari raya sangat berat bagi mereka yang sudah terbiasa merayakannya. Ketika seseorang berada jauh dari keluarga, di saat yang bersamaan ia melihat keluarga yang sedang tertawa bahagia, tentu ini akan menambah rasa rindu.
Salah seorang teman penulis bercerita pengalamannya saat itikaf di bulan Ramadhan sekaligus umroh di Mekah. Ketika tiba hari raya, takbir yang bergema mendatangkan kenangan yang membuatnya tersiksa. Ingin rasanya berlari untuk mendatangi keluarganya tetapi jarak menjadi penghalang.
Di dalam media sosial ada video seorang anak yang memberikan kejutan kepada ibunya. Ia tidak memberi tahu ibunya bahwa ia akan pulang. Ibunya dibawa ke rumah makan oleh seseorang yang telah bersepakat dengannya untuk memberikan kejutan. Ia duduk agak jauh dari ibu sambil makan dengan sikap cuek. Beberapa kali ibunya menoleh ke arahnya karena merasa melihat orang yang sangat mirip dengan anaknya. Namun, kenapa orang tersebut seperti tidak mengenalinya? Setelah ibunya merasa yakin dia adalah anaknya, ia segera berlari ke arah anaknya.
Rindu memberikan energi kepada seseorang. Para perindu berusaha untuk melampiaskan rindu meskipun banyak rintangan menghalang. Meskipun harus menempuh ribuan kilometer. Walaupun harus melakukan perjalanan darat, laut, dan udara. Harga tiket yang melambung menjadi tanda, semua berlomba untuk bertemu keluarganya.
Energi rindu harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Bagi mereka yang kurang beruntung karena tidak memiliki uang yang cukup dapat melampiaskannya melalui doa. Rasa rindu harus diwujudkan dengan memperkuat doa. Uang yang tidak cukup untuk dibelikan tiket dapat dikirimkan untuk menyatakan kerinduan.
Bagi mereka yang beruntung dapat menemui yang mereka cintai, tentu harus dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Melepas rindu adalah implementasi dari silaturahim yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Silaturahim memiliki banyak keutamaan di antaranya adalah memperbanyak rezeki, memanjangkan umur, dan menghapus dosa. Segala waktu, tenaga, dan dana yang dikeluarkan akan terbayar lunas bahkan lebih bagi orang yang bersilaturahim.
Selain mendapatkan keutamaan-keutamaan sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi, silaturahim dapat digunakan untuk mempererat ikatan hati keluarga besar. Bagi anak-anak, makan bersama, mendapat uang dari paman dan bibi, dan acara bersalam-salaman akan menjadi kenangan yang terukir dalam ingatan. Cerita tentang kehidupan ayah ibu mereka di masa kecil yang disampaikan oleh kakek, paman, dan bibinya menjadi cerita yang lebih indah daripada cerita di buku-buku yang mereka baca.
Silaturahim akan menghindarkan putusnya hubungan kerabat. Jarang bersilaturahim akan membuat anak-anak kesulitan mengenal keluarga besarnya. Jangankan menyebutkan nama buyutnya, mengenali sepupunya saja gagal. Berfoto bersama merupakan cara yang mudah untuk mengekalkan ingatan anak-anak kepada saudara-saudaranya.
Silaturahim juga menjadi sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah yang hanya bisa diselesaikan secara bersama-sama. Umumnya kegiatan mudik akan berkumpul di rumah saudara yang paling tua. Mereka yang menjadi tetua biasanya akan menjadi tempat mereka yang muda menyampaikan masalahnya. Terkadang ada yang malu menyampaikan masalahnya, namun para tetua biasanya peka dan mampu menggalinya. Dengan kekuatan keluarga besar, para tetua akan menyelesaikan masalah yang timbul.
Banyak lagu dan syair kerinduan yang tercipta dari rasa rindu. Lagu-lagu ini akan terdengar biasa bagi mereka yang berkumpul dengan keluarganya. Namun, lagu-lagu ini akan mengiris-iris hati mereka yang tidak mendapatkan kesempatan untuk pulang. Sakit di dalam hati bisa lebih menyiksa daripada sakit jasmani. Sebagaimana lirik lagu Meggy Z:
“Daripada sakit hati. Lebih baik sakit gigi ini. Biar tak mengapa”Perihnya menahan rindu membuat beberapa teman penulis memutuskan keluar dari Direktorat Jenderal Pajak. Mereka memilih bekerja di dekat keluarga daripada di instansi yang mengharuskan mereka untuk siap ditugaskan di seluruh wilayah Indonesia. Ketika negara membutuhkannya, mereka harus siap dimutasi setiap saat. Mereka tidak siap menahan rindu. Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri.
Rindu pula yang membuat Nabi Muhammad SAW menolak menjadi raja di dunia. Beliau rindu untuk segera bertemu dengan Allah SWT. Sebenarnya keruntuhan imperium Persia dan kemenangan atas kerajaan Romawi tinggal beberapa tahun lagi. Kekayaan kerajaan Kisra di Persia kerajaan Kaisar di Romawi tinggal menunggu waktu akan mengalir ke Madinah. Namun Beliau mengucapkan kalimat yang mengisyaratkan bahwa beliau telah memilih untuk bertemu dengan Tuhannya dalam waktu dekat.
Sahabat Abu Sa`id meriwayatkan bahwa Rasulullah duduk di mimbar, lalu bersabda:
"Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya” lalu Abu bakar menangis dan menangis, lalu berkata :”ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu” Abu Sa`id berkata: “yang dimaksud hamba tersebut adalah Rasulullah, dan Abu Bakar adalah orang yang paling tahu di antara kami” Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling banyak memberikan perlindungan kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abu Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada tambahan : “selain rabb-ku”), niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup, melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka).”(HR. Bukhari dan Muslim)Abu Bakar menangis karena ia akan merindukan Nabi Muhammad SAW. Namun, ia tidak bisa menahan keinginan Nabi Muhammad SAW yang juga sedang menahan rindu untuk bertemu Tuhannya.
Wallahu a’lam bishshowab.
Barakallahu Fikk ustadz
BalasHapus