Ketika bencana tsunami di Aceh tahun 2004, ratusan ribu mayat-mayat bergelimpangan. Karena kendala teknis, beberapa mayat baru dapat di evakuasi setelah beberapa hari. Tentu saja kondisi tubuh mayat sudah membusuk dan penuh dengan bakteri.
Salah seorang evakuator yang mengevakuasi mayat melakukan kecerobohan dengan tidak menggunakan sarung tangan. Dia tidak menyadari bahwa ada luka kecil di tangannya. Bakteri yang berada di tubuh mayat, masuk melalui luka dan menginfeksi tangannya. Akibatnya adalah tangannya mengalami pembusukan. Untuk menghindari bakteri yang berada di tangan tersebut menyebar ke seluruh tubuh maka tangan tersebut diamputasi.
Amputasi adalah pilihan yang berat. Semua orang tidak ingin bagian tubuhnya diamputasi. Namun demikian jika ada bagian tubuh yang membahayakan bagian lainnya akibat kanker atau pembusukan maka satu-satunya jalan adalah bagian tubuh tersebut harus dipotong dan dibuang. Jika tidak kanker, bakteri atau virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan membahayakan jiwa.
Mengambil kerugian yang kecil untuk menghindari kerugian yang besar adalah perbuatan yang sesuai secara fiqih. Perbuatan ini mengacu pada kaidah fiqih Akhofu dhororot (yang lebih ringan mudhorotnya). Para ulama dalam menganalisa fiqih menggunakan kaidah-kaidah fiqih (Ushul Fiqh) untuk mempermudah dalam mengambil keputusan. Cabang fiqih yang membahas tema tentang perbuatan mana yang harus diutamakan salah satunya adalah fiqih aulawiyat (Fiqih Prioritas)
Secara umum setiap hal dapat dikelompokan dalam empat kuadran. Kuadran pertama adalah hal-hal yang penting dan mendesak. Kemudian kuadran berikutnya adalah yang penting tetapi tidak mendesak. Selanjutnya adalah kuadran tidak penting tetapi mendesak. Dan terakhir adalah kuadran hal-hal yang tidak penting dan tidak mendesak. Pekerjaan-pekerjaan yang berada di kuadran satu harus diutamakan untuk diselesaikan baru mengerjakan pekerjaan yang berada di kuadran berikutnya. Jika terjadi bentrokan antar pekerjaan maka pekerjaan yang tidak penting dan tidak mendesak dikalahkan dan ditinggalkan.
Banyak orang yang gagal dalam hidup disebabkan kegagalannya untuk memetakan hal-hal yang penting dalam hidupnya. Waktu, tenaga, dan pikirannya habis untuk mengerjakan hal-hal yang tidak penting bahkan sia-sia. Dalam teori manajemen orang-orang ini masuk dalam kelompok orang-orang yang gagal dalam membuat perencanaan (planing). Seperti pepatah, ”Mereka yang gagal membuat rencana sesungguhnya sedang merencanakan kegagalannya.”
Prioritas terbesar dalam kehidupan bagi seorang muslim adalah mendapatkan keridhoan Allah SWT. Allah SWT memiliki asma Al Akbar yang artinya adalah Maha Besar. Dalam setiap hari seorang muslim yang mengerjakan sholat lima waktu mengucapkan takbir (Allahu Akbar) sebanyak sembilan puluh empat kali. Takbir yang pertama saat sholat disebut dengan takbiratul ihram. Artinya setelah takbir tersebut diharamkan melakukan perbuatan lainnya kecuali mengingat Allah SWT. Allah Yang Maha Besar. Hal yang lain adalah perkara kecil.
Menjadikan Allah SWT sebagai prioritas terbesar dalam kehidupan, membuat seorang muslim selalu mempertimbangkan Allah SWT dalam mengambil keputusan. Apapun pilihan hidup, semuanya akan jatuh pada pilihan yang lebih membuat Allah SWT ridho. Memilih sekolah, pekerjaan, pasangan, dan tempat tinggal semua selalu dipertimbangkan apakah dapat mempengaruhi hubungannya dengan Allah SWT atau tidak.
Penulis memiliki teman yang mendapat pesan dari ibunya, “Kamu boleh beli rumah di mana pun, tapi jangan sekali-kali beli rumah di daerah sini. Kasihan anak-anakmu nanti terpengaruh akhlaknya dengan pemuda-pemuda sini.” Daerah tersebut terkenal dengan sebutan “Texas” karena kondisinya seperti kota Texas (Amerika) di era “Cowboy”. Dikhawatirkan pergaulan dengan anak-anak berandalan membuat mereka jauh dari Allah SWT.
Penulis juga memiliki kenalan yang keluar dari pekerjaan karena merasa bahwa pekerjaannya saat itu akan membuat Allah SWT tidak ridho kepada dirinya. Walaupun banyak yang menyayangkan keputusan tersebut, tetapi konsep “Allahu Akbar” membuatnya memilih pilihan agar dia lebih dicintai oleh Allah SWT.
Ketika Abu Thalhah meminang Ummu Sulaim, Abu Thalhah bertanya mahar apa yang diminta oleh Ummu Sulaim. Ummu Sulaim meminta Abu Thalhah masuk ke dalam Islam dan itu cukup sebagai mahar. Ummu Sulaim tidak meminta harta benda karena baginya keridhoan Allah SWT lebih penting daripada harta benda. Abu Thalhah memenuhi mahar tersebut dan menjadi shahabat setia Nabi Muhammad SAW.
Pilihan mengutamakan Yang “Maha Besar” juga dilakukan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail. Allah SWT menyuruh Ibrahim melalui mimpi menyembelih Nabi Ismail, di dalam Al Quran diceritakan:
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(QS Ash Shofat ayat 102)"
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mendapatkan pilihan yang menyakitkan. Jika melaksanakan perintah Allah SWT konsekuensinya adalah mereka harus terpisah karena kematian. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memilih melaksanakan perintah Allah SWT dan lulus dalam ujian dengan nilai sempurna.
Ada anekdot tentang seseorang yang sedang melakukan penelitian dan melakukan survey. Surveyor bertanya, ”Selama ini Anda memakai sabun apa?” Responden mejawab, “Sabun Baba.” “Kalau sampo?”, tanya surveyor. Responden menjawab lagi, “Sampo Baba.” Surveyor bertanya lagi, “Odolnya?” Responden menjawab singkat, “Odol Baba, handuk juga handuk Baba, gayung juga gayung Baba.”
Jawaban responden membuat surveyor takjub. Luar biasa perusahaan Baba ini, produknya beraneka ragam. Pasti perusahaan besar. Tapi aneh kok belum pernah dengar ya perusahaan bernama Baba? Di tengah ketakjuban surveyor, responden berkata, ”Tapi Baba lagi nggak ada di kost, nggak tahu pergi kemana. Saya juga nggak tahu Baba beli barang-barangnya di mana?”
Anekdot di atas menggambarkan bahwa perusahaan yang memiliki produk yang banyak dan menggurita akan dianggap perusahaan besar. Jika perusahaan tersebut memiliki cabang di seluruh dunia dan mempunyai kekayaan yang besar maka perusahaan tersebut dianggap sebagai perusahaan raksasa.
Jika perusahaan yang hanya memproduk sebagian kebutuhan manusia saja sudah dianggap perusahaan besar, Lalu bagaimana dengan kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan seluruh makhluk dan menyediakan seluruh kebutuhan makhluknya? Di dalam Al Quran Allah SWT berfirman:
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa´at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al baqarah ayat 255)"
Allah SWT Yang Maha Besar karena Allah SWT bukan hanya menciptakan kehidupan namun juga menjaga kehidupan manusia dan seluruh makhluknya. Setiap saat darah mengalir, jantung berdenyut, paru-paru bernafas, lambung mencerna dan semuanya tidak akan terjadi kecuali atas ijin Allah SWT. Adalah hal yang wajar ketika kehidupan manusia sangat bergantung kepada Allah SWT, maka semua pilihan hidupnya seharusnya selalu mempertimbangkan Allah SWT. Allah yang Maha Besar.
Wallahu a’lam bisshowab.
Posting Komentar