Saat masih kecil, penulis dan saudara-saudara penulis disuruh ayah untuk belajar karate. Kami dibelikan baju karate dan diantar ke perguruan karate yang beraliran shotokan. Di tempat kami berlatih saat itu, tingkat tertinggi adalah sabuk hitam Dan II (nidan). Salah seorang senpai yang penulis kagumi bersabuk hitam Dan I (shodan). Tubuhnya kekar dan tangkas. Ditambah karakternya yang pendiam, orang yang melihatnya akan gentar.
Namun, keinginan ayah kami agar anak-anaknya menjadi jago bela diri tidak terwujud. Baru beberapa kali ujian kenaikan tingkat, penulis berhenti berlatih. Bahkan kakak perempuan penulis tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya satu-dua kali pertemuan, ia sudah memutuskan untuk berhenti.
Seperti seleksi alam, jumlah pemegang sabuk hitam sangat sedikit. Di bawahnya berurutan sabuk coklat, biru, hijau, oranye, kuning, dan putih, jumlahnya terus bertambah seperti menara. Ini menjadi gambaran bahwa kesuksesan membutuhkan ketekunan. Siapa yang mau terus bertahan, ia akan bisa mencapai puncak tertinggi. Istilah untuk “terus bertahan” biasa disebut dengan istiqomah.
Istiqomah adalah sesuatu hal yang mahal nilainya. Ia bukan hanya kunci sukses untuk dunia, Kesuksesan akhirat juga sangat ditentukan oleh keistiqomahan seseorang. Para ulama mengatakan bahwa karomah yang tertinggi yang diterima seseorang bukanlah kasyaf (mampu melihat hal yang ghaib). Bagi para ulama, istiqomahnya seseorang dalam melakukan amal kebaikan adalah karomah yang luar biasa.
Banyak cerita tentang orang-orang yang awalnya rajin beribadah. Ketika hati dan pikiran mereka sangat tenang karena dzikir dan kepasrahan yang mereka lakukan, maka terbukalah hal-hal yang ghaib. Ada yang bisa melihat aib seseorang, ada yang bisa mengobati penyakit, dan hal-hal lain yang luar biasa.
Namun, sebagian di antara mereka justru terpesona dengan tercapainya kasyaf. Kasyaf merupakan ujian bagi mereka. Mereka asyik dengan hal tersebut dan melupakan perjalanannya untuk mendapatkan cinta Allah SWT. Tujuan ibadah mereka tidak lagi fokus mencari ridho Allah SWT, tetapi menginginkan lebih banyak lagi kasyaf yang terbuka. Itulah sebabnya ada beberapa ulama yang justru berdoa kepada Allah SWT agar dihilangkan kemampuannya mendengar dan melihat hal yang ghaib. Mereka tidak ingin kehilangan fokus meraih indahnya menyebut nama Allah SWT di dalam hatinya.
Istiqomah dalam beramal selain memberikan pahala yang banyak, juga mendatangkan kecintaan dari Allah SWT. Allah SWT mencintai amal yang dilakukan secara rutin. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang rutin dilakukan meskipun sedikit. (HR. Bukhori dan Muslim)"Orang yang bersedekah seribu rupiah setiap hari, lebih baik dari pada orang yang bersedekah sebesar 365 ribu rupiah tetapi hanya setahun sekali. Meskipun jumlahnya sama-sama 365 ribu rupiah. Ini disebabkan orang yang bersedekah setiap hari akan memiliki karakter sebagai orang yang rajin bersedekah. Setiap hari ia teringat untuk bersedekah dan setiap hari ia mendapatkan doa keberkahan dari malaikat.
Istiqomah juga akan menjadikan seseorang mendapatkan pahala yang tidak terputus saat ia tidak mampu beramal. Seseorang yang terbiasa itikaf setiap pagi di masjid setelah sholat shubuh, saat ia dalam perjalanan, ia tetap mendapatkan pahala itikaf tersebut meskipun ia tidak melakukannya. Hal ini karena ia rutin itikaf setiap hari, namun karena perjalanan, hal itu tidak dapat ia lakukan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Jika seorang hamba sakit atau perjalanan, maka dicatat baginya semisal keadaan ketika ia beramal saat mukim atau sehat. (HR. Bukhari)"Beberapa ulama memberikan penjelasan yang sama saat menerangkan tafsir surah At-Tin. Kalimat “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tin:4)” oleh sebagian ulama ditafsirkan dengan manusia di masa muda. Kalimat “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. (QS. At-Tin:5)” ditafsirkan dengan manusia di masa tua.
Kalimat “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (QS. At-Tin:6)”, oleh Ibrahim An-Nakha’i ditafsirkan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja (tua) dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka dia akan dicatat sebagaimana dahulu (di waktu muda) dia pernah beramal. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah (yang artinya): bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
Setan selalu berusaha agar manusia tidak bisa istiqomah dalam beramal. Mereka berusaha membuat manusia merasa lelah dan bosan sehingga menghentikan amalan rutinnya. Para penghafal Quran mengatakan bahwa salah satu godaan setan adalah bisikan untuk terburu-buru menghafal Al-Quran. Belum kuat hafalan suatu ayat, sudah digoda untuk menambah hafalan ayat yang baru.
Orang yang terburu-buru menghafal Quran rawan terus bertahan. Ketika sudah memiliki hafalan ayat yang banyak, tiba-tiba ia baru menyadari bahwa hafalan ayat yang di awal telah hilang dan sangat sulit mengembalikannya. Akhirnya ia berhenti menghafal Al-Quran karena merasa menghafal Al-Quran itu berat sekali. Muncul perasaan putus asa. Dapat hafalan yang baru, tetapi hafalan yang lama hilang.
Sebenarnya hilangnya hafalan yang lama itu pasti terjadi. Namun jika hafalannya sudah kuat, sangat mudah untuk mengembalikan hafalan yang lama. Dan jika sudah berkali-kali mengulang menghafal, hafalan itu akan terkunci seperti hafalan surah Al Fatihah.
Pentingnya istiqomah untuk beramal membuat seseorang harus memahami faktor apa saja yang menjadi kunci sukses untuk istiqomah. Yang pertama adalah ilmu. Agar istiqomah, seseorang harus mengetahui alasan mengapa ia melakukannya. Seseorang yang beramal karena mengetahui manfaatnya akan lebih konsisten daripada orang yang beramal tetapi tidak mengetahui keuntungan yang akan ia dapatkan.
Saat Khalid bin Walid dipecat dari jabatannya sebagai panglima perang, ia tetap bersemangat meskipun hanya sebagai prajurit biasa. Orang bertanya apa alasannya ia tidak terpengaruh atas pemecatan yang dilakukan oleh Umar bin Khatab. Khalid menjawab bahwa ia bertempur karena Allah bukan karena Umar.
Khalid bin Walid memiliki ilmu yang cukup sehingga ia ikhlas beramal karena Allah SWT. Orang yang ikhlas tidak akan berhenti karena hilangnya jabatan, harta, atau pandangan orang lain. Ia tidak perduli orang lain mengagumi atau menghinanya. Ia beramal bukan mengharapkan pujian dan sanjungan orang.
Kunci sukses berikutnya untuk dapat istiqomah adalah melaksanakannya di “awal waktu”. Jika ingin membaca Al-Quran setiap hari, bacalah di pagi hari. Amal yang dijadwalkan di akhir waktu akan memiliki kemungkinan terbentur hambatan. Bisa karena kesibukan yang tidak terduga atau menyerah kalah oleh rasa lelah.
Meletakkan di awal waktu menunjukkan adanya prioritas. Seperti halnya menyisihkan uang untuk membayar hutang. Agar tidak habis terkuras uang belanja, hutang harus dibayarkan lebih dahulu. Itulah sebabnya mengerjakan sholat di awal waktu lebih disukai. Seseorang tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa menit yang akan datang. Nabi bersabda:
"Bersegeralah kalian untuk sholat dan sempurnakanlah sholat bersamaku (jangan masbuk). Sehingga orang-orang yang datang setelah kalian juga bisa menyempurnakan sholatnya. Orang yang senantiasa berlambat-lambat untuk sholat sungguh Allah akan akhirkan ia (masuk surga).(HR. Muslim)"
Kunci sukses berikutnya agar dapat istiqomah adalah disiplin untuk beramal meskipun tidak sempurna. Ada kaidah fikih “Sesuatu yang tidak bisa dilakukan seluruhnya janganlah ditinggal seluruhnya.” Agar bisa istiqomah sedekah lima ribu rupiah setiap hari, seseorang harus mengusahakannya berapapun uang yang ada.
Jika ternyata hari itu ia hanya memiliki uang untuk sedekah seratus rupiah, maka janganlah ia memutus sedekahnya meskipun hanya seratus rupiah. Begitu juga dengan orang yang rutin membaca Al-Quran satu juz perhari. Jika hari itu begitu melelahkan, minimal ia membaca satu ayat untuk memastikan budaya itu tetap bertahan.
Berkomunitas merupakan kunci sukses berikutnya agar bisa istiqomah. Itu salah satu rahasia kenapa shoat berjamaah lebih besar pahalanya daripada sholat sendirian. Melakukan secara bersama-sama akan menimbulkan semangat. Rasa malas berolahraga saja bisa hilang jika ada yang mengajak. Apalagi diajak makan, hanya ada satu jawaban yang pas, “Ayo!”.
Kunci sukses yang tidak kalah pentingnya agar bisa istiqomah dalam beramal adalah berdoa. Ummu Salamah berkata bahwa Rasulullah SAW terbiasa membaca doa:
"Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik (Wahai Yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu). (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Hakim)"
Setiap selesai beramal, hendaknya seseorang mengucapkan Alhamdulillah. Ucapan yang merupakan pernyataan syukur karena telah menunaikan amal. Ucapan tersebut juga merupakan doa agar ditambah nikmatnya dengan mampu menunaikannya lagi.
Wallahu a'lam bishshowab
Posting Komentar