“Rudi, besok Kamis kamu pergi ke Jakarta, ke kantor pusat. Katanya ada tugas untukmu.” Rudi bertanya kepada atasannya, “Ada apa ya Pak?”. Kepala cabang yang ditanya Rudi hanya mengangkat bahu menunjukkan ia juga tidak tahu. Biasanya jika ada instruksi dari dari kantor pusat, instruksi tersebut akan disampaikan lebih dahulu ke kepala cabang kemudian kepala cabang menyampaikan kepada stafnya. Entah kenapa kali ini berbeda. Perintah tersebut tidak melalui kepala cabang tetapi harus disampaikan kepada Rudi secara langsung dengan diminta menghadap pimpinan pusat.
Ternyata perusahaan sedang mengincar proyek besar. Biasanya untuk proyek berskala kecil, perusahaan hanya memerintahkan kepala cabang untuk menyelesaikannya. Namun, karena proyek yang akan ditangani sangat penting, pimpinan perusahaan memilih untuk memanggil langsung orang yang akan menanganinya. Perusahaan ingin menegaskan kepada Rudi bahwa proyek ini tidak boleh gagal. Rudi harus menyadari bahwa proyek kali ini benar-benar penting. Dan agar tidak terjadi kesalahan, Rudi harus mengetahui informasi lengkapnya langsung dari pimpinan perusahaan.
Ilustrasi fiksi di atas menjadi gambaran yang menjelaskan kenapa ibadah sholat adalah ibadah yang sangat penting. Perintah ibadah sholat lima waktu yang diterima Nabi Muhammad SAW berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya. Biasanya Allah SWT memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Namun, untuk ibadah sholat, Nabi Muhammad SAW melakukan isra’ dan mi’raj untuk bertemu langsung dengan Allah SWT. Jibril hanya mendampingi Nabi Muhammad SAW. Perintah ibadah sholat langsung diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Ibadah sholat sangat penting sehingga saat perhitungan amal, yang pertama kali dihitung adalah ibadah sholat. Jika ibadah sholat dilakukan dengan baik, itu akan menjadi indikasi bahwa hasil perhitunga amalnya akan baik. Nabi Muhammad SAW.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah sholatnya. Maka, jika sholatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika sholatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari sholat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari sholat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi)
Sholat menjadi indikasi keimanan seseorang. Ketika seseorang mampu melaksanakan sholat dengan baik, maka hampir bisa dipastikan ia adalah orang beriman. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Jika engkau melihat seorang hamba yang selalu mengunjungi masjid maka persaksikanlah keimanannya (HR. Tirmidzi)"
Sholat wajib dilakukan minimal lima kali dalam sehari. Itu pun harus dilakukan pada waktunya. Tidak bisa ditunda untuk dirapel pada satu waktu. Sholat juga harus dilakukan dalam keadaan suci dari najis baik tubuh, pakaian, dan tempat. Seseorang harus wudhu terlebih dahulu sebelum mengerjakan sholat. Membutuhkan disiplin yang tinggi untuk melakukan ibadah sholat. Oleh karena itu, sholat akan terasa berat bagi orang yang tidak beriman. Allah SWT berfirman:
"Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (QS. Al-Baqarah ayat 45)"
Di dalam suatu pengajian, penulis pernah bertanya kepada peserta yang hadir, “Kalau mau cari menantu, apa yang pertama kali dilihat?” Seorang ibu berkata, “Agamanya.” Penulis kemudian bertanya lagi, “Jika mau lihat agamanya, apanya yang dilihat?” Ibu tersebut menjawab dengan mantap, “Sholatnya.”
Kuatnya relasi antara baiknya agama seseorang dengan kualitas sholat membuat banyak orang yang melakukan seleksi untuk mencari jodoh anaknya atau mencari pekerja dengan memperhatikan sholatnya. Jika perlu mereka mendatangi masjid di sekitar rumah calon di shubuh hari. Jika di waktu shubuh yang gelap saja ia sanggup hadir ke masjid, maka bisa dipastikan ia bukan termasuk orang yang meremehkan sholatnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sholat adalah tiang agama, barangsiapa mendirikan sholat maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam). Dan barangsiapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu. (HR Baihaqi)"
Hadits di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai agama akan tegak dalam dada seseorang jika ia selalu berusaha menegakkan sholat. Itulah pentingnya bagi orang tua untuk mendisiplinkan sholat kepada anaknya sejak belia. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat saat mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan sholat saat mereka berusia sepuluh tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud)"
Sungguh Nabi sangat serius meminta umatnya untuk disiplin melakukan sholat. Perintah memukul bagi anak yang tidak mau sholat adalah isyarat bahwa ini adalah hal yang harus ditekankan. Sesukses apapun karier anak, jika ia meninggalkan sholat maka itu merupakan kegagalan bagi orang tuanya.
Anak-anak yang dididik sejak kecil untuk mementingkan perkara sholat akan tumbuh besar dengan kecintaannya melakukan sholat. Kelak saat orang tuanya sudah pikun, anak-anak ini yang akan dengan sabar mengingatkan orang tuanya jika waktu sholat tiba. Mereka tanpa lelah menuntun orang tuanya untuk berwudhu atau mentayamumkannya saat mereka sudah terbaring lemah di atas ranjang.
Mereka melakukannya dengan sabar karena dulu orang tua mereka juga sabar membangunkan mereka untuk sholat shubuh. Orang tuanya tanpa lelah terus membujuk mereka untuk sholat shubuh meskipun mereka menolaknya dengan sekuat tenaga. Dulu mereka, di shubuh hari, dalam keadaan mengantuk dituntun orang tuanya melangkah ke masjid. Kini mereka membalasnya dengan rasa cinta dan terimakasih dengan mengingatkan orang tuanya yang telah tua renta.
Saat penulis mendampingi orang tua di rumah sakit, ada seorang dokter jaga yang berkeliling memeriksa pasien. Sambil melakukan melakukan pengecekan, dokter tersebut juga mengingatkan keluarga yang menunggu pasien untuk tetap mengingatkan pasien untuk melakukan sholat separah apapun sakitnya. Ini ia lakukan mungkin karena ia sering menemui banyak keluarga pasien yang hanya disiplin memberikan obat tetapi tidak disiplin mengingatkan sholat. Mereka tidak mau merepotkan pasien dengan alasan sedang sakit.
Ibadah sholat tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan apapun. Memang ada rukhshoh (keringanan) dalam mengerjakanya pada kondisi tertentu. Namun, sholat harus terus dilaksanakan. Jika tidak mampu berdiri, sholat bisa dilakukan dengan duduk. Jika tidak mampu duduk, sholat bisa dilakukan dengan berbaring. Jika tidak mampu bergerak dan berbicara, sholat bisa dilakukan dengan isyarat mata. Jika sudah tidak mampu lagi sholat, maka bisa jadi itu adalah waktu di mana ia harus dimandikan dan disholatkan untuk terakhir kalinya.
Bandingkan dengan ibadah lain. Jika tidak mampu berhaji, ia boleh tidak berangkat haji. Jika ia tidak mampu berpuasa karena sudah tua renta ia boleh tidak berpuasa dan cukup mengganti dengan fidyah. Jika tidak memiliki kekayaan yang mencapai nishab, maka ia tidak wajib membayar zakat.
Saat seseorang akan meninggal, maka ia akan teringat hal yang sangat penting baginya. Ia akan memberikan wasiat untuk dilaksanakan oleh yang ditinggalkannya. Ali bin Abi Thalib yang hadir saat Nabi Muhammad SAW menjelang wafat berkata:
Ucapan terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, “(Kerjakanlah) sholat, (kerjakanlah) sholat. Dan takutlah kalian kepada Allah atas hak-hak hamba sahaya kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud)
Jika Nabi Muhammad SAW saat menjelang wafat saja masih mengingatkan untuk melaksanakan sholat, apa alasan mereka kelak saat di akhirat tidak mengerjakan sholat? Masih menganggap remeh perintah yang membuat Nabi Muhammad SAW harus menembus tujuh langit untuk menerimanya?
Wallahu a’lam bishshowab.
Posting Komentar