Perluasan wilayah tersebut dilakukan dengan kekuatan diplomasi yang dilakukan para pemimpin Indonesia. Para diplomat ulung yaitu Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja, yang diteruskan perjuangannya oleh Dr Hasyim Djalal dan Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja berhasil meyakinkan dunia bahwa Indonesia adalah negara kepulauan. Oleh karenanya laut di antara pulau-pulau tersebut adalah wilayah Indonesia.
Perjuangan yang dilakukan oleh para diplomat ini mungkin terdengar tidak seheroik pahlawan-pahlawan lain yang berjuang dengan senjata. Tidak ada darah yang tertumpah, tidak ada tangan yang putus, atau mata yang luka tertembus peluru. Namun, perjuangan ini memberikan efek pertahanan dan keamanan yang luar biasa untuk Indonesia. Kapal-kapal militer negara asing tidak bisa lagi seenaknya melintas di antara pulau-pulau Indonesia.
Semakin luasnya wilayah Indonesia juga memperkuat pertahanan Indonesia dari sisi ekonomi. Lautan tersebut menyimpan kekayaan yang sangat banyak sehingga Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi sumberdaya alam yang luar biasa.
Tidak semua kemenangan harus diraih dengan kekuatan militer. Penaklukan dapat dilakukan melalui kekuatan diplomasi dan logika. Salah satu contoh penaklukan yang lebih banyak menggunakan kekuatan diplomasi adalah penaklukan jazirah arab oleh Nabi Muhammad SAW. Penaklukan dengan menggunakan kekuatan diplomasi semakin gencar setelah perjanjian damai Hudaibiyah. Sebelum perjanjian Hudaibiyah perkembangan umat Islam sangat lambat. Sejak Nabi Muhammad SAW diutus sampai dengan perjanjian Hudaibiyah ditandatangani, jumlah umat Islam hanyalah beberapa ribu saja. Dalam jangka waktu sekitar sembilan belas tahun, jumlah orang yang masuk Islam hanya sekitar tiga ribu orang.
Bandingkan dengan pertambahan jumlah umat Islam setelah perjanjian Hudaibiyah ditandatangani. Dalam waktu sekitar dua tahun setelah perjanjian hudaibiyah ditandatangani, umat Islam yang dibawa Nabi saat Fathul Mekkah saja berjumlah sepuluh ribu orang. Apa yang dicapai dalam dua tahun lebih besar berlipat kali daripada pencapaian sembilan belas tahun sebelum Hudaibiyah. Empat tahun setelah perjanjian Hudaibiyah, saat haji Wada, jumlah jamaah haji yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berjumlah seratus ribu lebih. Beberapa ulama menyatakan jumlah umat Islam saat itu sekitar 124 ribu.
Lalu apa yang menjadi penghambat perkembangan jumlah umat Islam sebelum perjanjian damai Hudaibiyah? Permasalahan yang timbul adalah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat tidak leluasa berdakwah karena terus diperangi. Mereka diserang oleh kafir Quraisy beserta sekutu-sekutunya. Para da'i sulit untuk menyampaikan ajaran Islam karena kondisinya dalam suasana perang.
Sebenarnya secara umum butir-butir perjanjian Hudaibiyah merugikan kaum Muslimin. Namun, Nabi Muhammad SAW tetap menandatangani perjanjian meskipun para sahabat banyak yang kecewa. Nabi Muhammad SAW lebih mengutamakan perdamaian meskipun sebagian hak-hak kaum muslimin dikurangi secara tidak adil di dalam perjanjian. Nabi Muhammad SAW meyakini bahwa banyak orang akan mau menerima Islam jika mereka mengetahui isi Al-Quran. Tetapi kesempatan bangsa Arab untuk mempelajari dan memahami Al-Quran tidak akan terwujud dalam kondisi perperangan. Itulah sebabnya ketika ada kesempatan berdamai, Nabi Muhammad SAW langsung mengambilnya.
Beberapa orientalis mengatakan bahwa Islam disebarkan dengan kekerasan. Padahal fakta menunjukkan bahwa ketika dalam kondisi damai, ajaran Islam akan lebih mudah tersebar. Perdamaian akan memperbesar kesempatan setiap orang untuk membaca Al-Quran. Ini disebabkan logika-logika yang disampaikan di dalam Al-Quran akan mengalahkan orang-orang yang menentangnya.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran agar umat Islam memperkuat diri sekedar untuk membuat gentar musuh yang ingin menyerangnya. Namun jika musuhnya lebih condong kepada perdamaian maka Allah SWT memerintahkan untuk condong kepada perdamaian.
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Anfal ayat 60-61)"Beberapa umat Islam menyebarkan Islam dengan menampilkan sikap yang kurang bersahabat. Mereka merasa kewibawaan Islam akan tampak jika menunjukkan kekerasan dan ketegasannya. Namun, sikap tersebut justru menjauhkan orang lain dari Al-Quran. Fenomena ini digambarkan dengan kalimat “Keindahan Islam tertutupi oleh orang-orang Islam sendiri”.
Beberapa orang masuk Islam tidak melalui dakwah orang Islam. Mereka memeluk Islam disebabkan karena mereka mempelajari Al-Quran secara mandiri. Ketika logika-logika di dalam Al-Quran membantah persepsi-persepsi yang ada selama ini, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak mengikuti Al-Quran.
Argumen-argumen yang disampaikan di dalam Al-Quran antara lain adalah masalah ketuhanan. Al-Quran mengingatkan manusia yang tidak percaya bahwa mereka akan dihidupkan kembali setelah mati. Mereka memiliki prasangka-prasangka yang tidak benar terhadap Allah SWT. Mereka berpikir bahwa tidak mungkin tulang yang sudah hancur lebur bisa dikembalikan menjadi manusia kembali. Allah SWT berfirman:
"Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (QS. Yasin ayat 77-79)"
Tulang yang sudah hancur menjadi debu akan terasa aneh jika kelak akan dihidupkan kembali menjadi manusia. Namun Al-Quran memberikan argumen bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia sebelum menjadi tulang yang hancur. Akan lebih aneh lagi jika Allah SWT yang bisa menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada, tidak mampu untuk mengulangi lagi penciptaanNya. Diplomasi yang disampaikan oleh Al-Quran ini tentu saja hanya akan bisa diterima oleh orang yang mau membuka hatinya. Jika hati dalam keadaan tertutup karena rasa permusuhan, tentu logika apapun tidak akan bisa diterima.
Logika lain yang dikalahkan oleh Al-Quran adalah logika bahwa bisa saja ada lebih dari satu tuhan. Bahwa hanya ada satu tuhan saja yang mengatur alam semesta adalah hal yang mengherankan. Di dalam Al-Quran diceritakan perkataan mereka:
"Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (QS. Shad ayat 5)"
Hanya ada satu tuhan yang mengatur alam semesta yang rumit memang aneh. Tapi lebih aneh lagi jika ada beberapa tuhan yang berkuasa. Banyaknya tuhan justru akan membuat alam semesta menjadi kacau balau. Jika ada beberapa tuhan mereka pasti akan berselisih dan akan mencari tuhan yang paling tinggi untuk memecahkan masalah tersebut. Allah SWT berfirman:
"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Anbiya ayat 22)
"Katakanlah: “Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai ‘Arsy”. (QS. Al-Isra ayat 42)"
Wallahu a’lam bisshowab
Posting Komentar