Seorang kakek yang menderita penyakit jantung menang undian lotery sebesar sepuluh milyar. Keluarganya khawatir jika kakek mengetahui, ia akan mendapat serangan jantung. Mereka meminta shahabat kakek untuk memberitahu kakek dengan hati-hati agar dia tidak terkejut.
Shahabat kakek berkata,” Mas, seandainya…, ini seandainya ya, kamu menang undian sepuluh milyar gimana?” Sang kakek sambil tertawa berkata,”Bro, kamu khan shahabatku lama, aku kasih kamu lima milyar.” Gubrak, sahabat kakek terjatuh dan terkena serangan jantung.
Cerita anekdot di atas hanyalah fiksi, namun demikian seperti itulah pengaruh harta dalam kehidupan. Harta adalah salah satu ujian kehidupan yang bisa membuat timbulnya huru-hara. Godaan harta terkadang membuat putusnya hubungan persaudaraan. Ini sebabnya Al Quran memberikan aturan yang rinci terkait harta, karena sebagian manusia bersifat tamak.
Al Quran adalah petunjuk hidup. Segala sesuatu yang berpotensi besar menimbulkan konflik dan sengketa pasti diterangkan di dalam Al Quran. Itu sebabnya harta anak yatim, harta waris, harta hasil pemberian suami, harta untuk istri/mantan istri, harta untuk anak, harta yang merupakan hak orang miskin, harta hasil perdagangan yang curang, dan lain-lain dijelaskan di dalam Al Quran.
Bahkan Ayat terpanjang dalam Al Quran, yaitu surah al Baqoroh ayat 282 adalah ayat yang juga membahas masalah harta. Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa transaksi yang dilakukan tidak dengan tunai (hutang) maka transaksi tersebut harus dicatat. Pencatat tidak boleh enggan dalam mencatat. Pencatat tidak boleh mengurangi atau menambah nilai yang dicatat. Jika yang bertransaksi lemah secara akal (masih anak-anak atau gila) maka walinya yang memproses secara jujur. Transaksi hendaknya disaksikan juga oleh saksi. Janganlah saksi tersebut malas memberikan kesaksiannya jika diminta. Saksi dan penulis dilarang saling menyulitkan (mengintimidasi). Untuk transaksi yang dilakukan secara tunai tidak mengapa jika tidak dicatat.
Ayat di atas membahas kewajiban penjual, pembeli, akuntan, notaris wali dari penjual/pembeli secara tegas. Ini diatur agar tidak ada peluang timbulnya sengketa. Transaksi hutang yang tidak dicatat sangat berpeluang menimbulkan sengketa. Manusia bisa saja lupa akan hutangnya. Akibatnya bisa jadi kreditor bersengketa dengan debitor karena semua merasa benar. Di dalam ayat Al Baqoroh ayat 188 juga dijelaskan ketika terjadi sengketa maka tidak boleh seseorang menyuap hakim.
Kejahatan akibat harta bisa disebabkan karena ketidakfahaman bahwa Allah SWT adalah Ar-Razzaq (Maha Pemberi rezeki). Allah SWT memberikan rezeki kepada semua makhlukNya setiap hari. Tidak ada satu mahlukpun yang terlewatkan rezekinya. Semut yang berada di dalam tanah, ataupun ikan yang berada di kegelapan lautan yang sangat dalam, semua mendapatkan rezekinya setiap hari. Allah SWT berfirman dalam Al Quran:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”(QS. Hud: 6)"
Nabi Muhammad SAW bersabda, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi:
“Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR.Tirmidzi)"
Burung bukanlah seorang pegawai negeri, dia bukan pula seorang pedagang. Burung juga tidak memiliki kulkas yang bisa digunakan menyimpan makanan untuk esok hari. Tetapi setiap hari burung selalu bisa tidur dengan kenyang karena Allah SWT telah menjamin rezekinya. Allah SWT berfirman :
”Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, Dia akan memberikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, Dia akan memberikan kecukupan baginya …” (QS. Ath Thalaaq:2-3)"
Bertawakal artinya menyandarkan diri dan pasrah kepada Allah SWT. Orang yang bertawakal tahu Allah telah menjamin rezekinya. Jika dia tidak mengambil rezeki yang haram, maka Allah SWT akan memberikan rezekinya dari arah yang halal. Seseorang yang tidak yakin kepada jaminan rezeki dari Allah SWT akan cenderung berusaha melakukan kecurangan dengan mencuri, korupsi, memakan riba, menipu atau kejahatan lainya. Dia khawatir akan masa depannya sebagaimana ayat Al Quran:
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dariNya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqoroh ayat 268)"
Setan selalu berbisik, kalau kamu tidak punya tabungan kalau sakit gimana? Kalau sudah tua dan tidak bekerja mau makan apa? Kalau anakmu mau kuliah bayarnya pakai apa? Bisikan syaitan membuat manusia ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya walaupun dengan cara yang tidak halal.
Ada kebiasaan kaum bangsa arab zaman dahulu sebelum kedatangan Islam. Mereka sering membunuh bayi-bayi perempuan karena dianggap membebani dan menghabiskan harta mereka. Kaum perempuan dianggap tidak bisa bekerja untuk menghasilkan harta. Setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi, Allah SWT menurunkan ayat Al Quran:
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.(QS. Al Israa ayat 31)"
Membunuh anak karena takut akan penderitaan kemiskinan bukan hanya terjadi di zaman jahiliyah. Pada tahun 2006, seorang ibu membunuh tiga anaknya karena putus asa dengan kemiskinan. Ketika suaminya tidak berada di rumah, dia mencekik ketiga anaknya sehingga tewas. Ketika ditanya alasannya, ia mengatakan bahwa ia tidak punya harapan dengan masa depan anak-anaknya. Ia merasa tidak bisa membahagiakan anak-anaknya sehingga memilih untuk mengakhiri hidup mereka.
Wanita yang membunuh anaknya tersebut sebenarnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sarjana lulusan dari perguruan tinggi negri ternama. Pintar tetapi jahil (bodoh) karena tidak memahami bahwa setiap anak memiliki rezeki masing-masing. Dia tidak tahu bahwa bisa jadi anak-anaknya lebih kaya daripada dirinya.
Betapa banyak anak-anak yang dibesarkan di lingkungan yang miskin, dengan gizi yang tidak terpenuhi, serta belajar di sekolah murahan ternyata berhasil menjadi orang yang sangat kaya. Contohnya Li Ka Shing yang sangat miskin berhasil menjadi orang kaya nomor satu di China. George Soros yang pernah menjadi kuli angkut di stasiun sanggup menciptakan resesi ekonomi dunia karena dengan kekayaannya dia hancurkan nilai mata uang beberapa negara. Kolonel Sanders yang pernah menjadi tukang parkir, memiliki gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) hampir di semua negara.
Di Indonesiapun banyak orang-orang kaya yang masa kecilnya harus merasakan pahitnya kemiskinan. Seperti Dahlan Iskan yang hanya memiliki baju satu stel yaitu kaos dan celana serta satu sarung. Bahkan, saat sekolah Dahlan tidak mempunyai sepatu. Namun kemudian dia menjadi raja media. Begitu juga dengan Ciputra yang harus membantu sang ibu berjualan kue, berhasil menjadi raja property.
Bayangkan kehidupan seekor cicak. Seharusnya cicak adalah makhluk yang sudah punah karena secara logika dia akan tidak bisa mendapatkan makanan. Cicak menetas dari telurnya tanpa diasuh oleh ibunya. Tidak ada induk yang memberikan suapan makanan seperti burung, atau menyusui seperti domba.
Bayi cicak ini harus berjuang sendiri untuk mendapatkan makanan. Di usia belia, cicak harus segera mendapatkan jawaban apa yang harus ia makan untuk dapat bertahan hidup. Makanan jenis apa yang sesuai dengan pencernaan yang ia miliki.
Celakanya ternyata makanan yang bisa dicerna oleh perutnya adalah nyamuk. Binatang yang terbang sedangkan cicak tidak bisa terbang. Tetapi cicak berhasil bertahan karena Sang Maha Pemberi Rezeki telah mengutus nyamuk muda yang mendarat di dekat cicak untuk kemudian menjadi santapan baginya.
Wallahu a’lam bisshowab.
Posting Komentar