Bersamaan dengan acara lomba, ada bazar yang diselenggarakan sekolah. Banyak anak-anak yang membeli makanan di bazar. Guru yang banyak diikuti muridnya mendapat banyak hadiah makanan dari murid-murid. Ketika ada yang meminta kue yang diberikan kepadanya, justru muridnya yang tidak berkenan. "Eh jangan, itu kue buat Ustadz!"
Sikap yang ditunjukkan oleh murid-murid kepada gurunya menjadi gambaran bagaimana akhlak guru tersebut. Tentu ia menyayangi murid-muridnya sehingga ia mendapat balasan kasih sayang yang sama. Jika ia tidak menyayangi mereka, mustahil murid-murid menyukainya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sesungguhnya barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak akan disayangi. (HR. Bukhari dan Muslim)"
Guru di atas mendapatkan reaksi dari kebaikan yang ia berikan berupa balasan kasih sayang. Sesungguhnya banyak lagi yang didapatkan oleh orang yang hatinya penuh kasih sayang dan berbuat kebaikan. Mereka yang menebar kebaikan akan memetik buah berupa kebaikan pula. Apa saja buah-buah yang akan mereka petik?
Kehidupan yang Baik
Buah yang pertama yang akan ia dapatkan adalah ridho Allah SWT. Ridho Allah SWT bisa mengantarkan seseorang masuk ke dalam surga. Meskipun ia berlumuran dosa, ketika Allah SWT meridhoinya, maka tidak ada halangan bagi Allah SWT untuk mengampuninya.Orang yang sangat beruntung mendapatkan ridho Allah SWT karena kasih sayang salah satunya adalah wanita pelacur yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW. Ia memberi minum anjing yang kehausan yang berujung mendapatkan ridho Allah SWT.
"Seorang wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. Si wanita pelacur tersebut lalu melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya ini, dia mendapatkan ampunan dari Allah (HR. Bukhori, Muslim)"
Kisah di atas menunjukkan bahwa kebaikan yang dilakukan bisa menimbulkan ridho Allah SWT. Seperti seseorang kekasih yang telah bersalah, kemudian membawa sekuntum bunga kepada kekasihnya. Jika kekasihnya merasa terkesan dengan keikhlasannya, dia bisa memaafkan kesalahan yang telah dibuatnya. Meskipun sebenarnya sekuntum bunga tidak akan sebanding dengan kesalahan yang dibuatnya.
Cerita di atas tidak boleh diartikan bahwa kalau begitu tidak masalah berbuat dosa besar, nanti tinggal cari anjing yang kehausan kasih minum maka selesai masalah. Allah SWT mengetahui apa yang ada di dalam hati. Jika ada orang yang menikmati berbuat dosa besar lalu menganggap remeh dosanya karena nanti akan dibarter dengan berbuat baik tentu hal ini justru bisa membuat Allah SWT murka.
Orang yang mengira bahwa semua dosa bisa ditebus seenaknya, ia mengira uang bisa membeli segalanya. Tidak mudah mendapatkan ridho meskipun seseorang memiliki uang yang banyak. Seorang kekasih yang tersinggung belum tentu bisa memaafkan. Apa artinya uang jika hati tersakiti.
Perasaan Bahagia
Buah kedua dari berbuat baik adalah adanya perasaan bahagia. Kebaikan akan menimbulkan rasa bahagia. Bahagia karena merasakan kebahagian yang dirasakan oleh penerima kebaikan melalui senyumannya yang khas. Juga bahagia karena merasakan kehangatan rasa persaudaraan dan persahabatan yang dipancarkan oleh penerima kebaikan.
Sebaliknya kejahatan akan menimbulkan rasa gelisah. Gelisah karena ia mengetahui bahwa ia akan menerima akibatnya. Ada hal yang harus ia bayar di masa depan. Jika tidak menerima hukuman di dunia, ia akan menerimanya di akhirat.
Orang yang melakukan kejahatan akan takut bertemu dengan pihak yang telah ia rugikan. Ia dibayang-bayangi ketakutan karena bisa saja orang yang telah zhalimi berusaha membalasnya. Bandingkan dengan orang yang selalu berbuat baik. Ia tidak memiliki musuh dan bebas untuk pergi ke mana pun ia suka.
Pada suatu masa, seorang yahudi yang tinggal di Mesir pergi ke Madinah untuk menemui khalifah Umar bin Khattab. Ia ingin mengadukan gubernur Mesir saat itu. Ia membayangkan Umar bin Khatab yang wilayah kekuasaanya sangat luas tentulah hidup di istana yang megah dengan banyak tentara yang menjaganya. Umar adalah penakluk kerajaan Persia dan Romawi. Kerajaan Persia bahkan lenyap dari dunia dan dinasti yang telah berusia ratusan tahun tersebut hanya tinggal sejarah.
Ternyata Umar bin Khatab tidak hidup sebagaimana raja-raja Persia atau raja-raja Romawi yang dikawal oleh pasukan kerajaan. Ia adalah pemimpin yang bisa ditemui di masjid, di rumah, bahkan di pasar tanpa pengawalan sama sekali. Untuk apa para pengawal sedangkan masyarakatnya mencintainya?
Yahudi Mesir akhirnya memahami kenapa Umar bin Khatab tidak perlu pengawal. Umar bin Khatab selalu berbuat adil sehingga ia tidak perlu takut kepada masyarakatnya. Yahudi juga merasakan keadilan Umar bin Khatab setelah ia mengadukan sengketa yang terjadi antara ia dengan gubernur Mesir. Umar bin Khatab memenangkan Yahudi Mesir dan memerintahkan gubernur Mesir saat itu memberi ganti rugi kepada Yahudi Mesir.
Allah SWT akan memberikan balasan yang lebih besar kepada pelaku kebaikan. Oleh karenanya pelaku kebaikan pada dasarnya berbuat baik kepada dirinya sendiri. Secara logika seseorang yang memberi bantuan uang telah kehilangan uangnya. Namun, secara hakikat karena uang tersebut akan dikembalikan kepada dirinya. Uang tersebut pada hakikatnya sedang diinvestasikan dengan jumlah yang berlipat-lipat kali lebih besar. Sesungguhnya ia sedang berbuat baik kepada dirinya sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Harta yang diserahkan kepada manajer investasi yang dilakukan oleh manusia bisa untung, bisa juga rugi. Namun, jika pengelola harta tersebut adalah Allah SWT, maka tidak diragukan lagi keuntungannya akan berlipat ganda. Pelaku kebaikan akan mendapatkan keuntungan baik di dunia maupun di akhirat.
Masih banyak lagi hal-hal yang bisa didapatkan oleh pelaku kebaikan. Allah SWT memberikan jaminan kehidupan yang baik untuk mereka yang mengerjakan kebaikan. Allah SWT berfirman:
Pelaku kebaikan akan mendapatkan kehidupan yang baik. Kehidupan yang baik dapat menjadi modal untuk melakukan kebaikan selanjutnya. Begitulah idealnya siklus orang-orang yang mengalami perbaikan kualitas hidup. Namun, banyak orang yang berhenti berbuat baik ketika ia sudah sering berbuat baik tetapi orang-orang di sekitarnya tidak melakukan hal yang sama.
Setiap orang akan bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing. Jika seseorang menginginkan kehidupannya menjadi semakin baik, ia harus tetap melakukan kebaikan. Jangan lelah melakukan kebaikan.
Wallahu a’lam bishshowab.
Sebaliknya kejahatan akan menimbulkan rasa gelisah. Gelisah karena ia mengetahui bahwa ia akan menerima akibatnya. Ada hal yang harus ia bayar di masa depan. Jika tidak menerima hukuman di dunia, ia akan menerimanya di akhirat.
Orang yang melakukan kejahatan akan takut bertemu dengan pihak yang telah ia rugikan. Ia dibayang-bayangi ketakutan karena bisa saja orang yang telah zhalimi berusaha membalasnya. Bandingkan dengan orang yang selalu berbuat baik. Ia tidak memiliki musuh dan bebas untuk pergi ke mana pun ia suka.
Pada suatu masa, seorang yahudi yang tinggal di Mesir pergi ke Madinah untuk menemui khalifah Umar bin Khattab. Ia ingin mengadukan gubernur Mesir saat itu. Ia membayangkan Umar bin Khatab yang wilayah kekuasaanya sangat luas tentulah hidup di istana yang megah dengan banyak tentara yang menjaganya. Umar adalah penakluk kerajaan Persia dan Romawi. Kerajaan Persia bahkan lenyap dari dunia dan dinasti yang telah berusia ratusan tahun tersebut hanya tinggal sejarah.
Ternyata Umar bin Khatab tidak hidup sebagaimana raja-raja Persia atau raja-raja Romawi yang dikawal oleh pasukan kerajaan. Ia adalah pemimpin yang bisa ditemui di masjid, di rumah, bahkan di pasar tanpa pengawalan sama sekali. Untuk apa para pengawal sedangkan masyarakatnya mencintainya?
Yahudi Mesir akhirnya memahami kenapa Umar bin Khatab tidak perlu pengawal. Umar bin Khatab selalu berbuat adil sehingga ia tidak perlu takut kepada masyarakatnya. Yahudi juga merasakan keadilan Umar bin Khatab setelah ia mengadukan sengketa yang terjadi antara ia dengan gubernur Mesir. Umar bin Khatab memenangkan Yahudi Mesir dan memerintahkan gubernur Mesir saat itu memberi ganti rugi kepada Yahudi Mesir.
Kebaikan Akan Kembali Kepada yang Berbuat
Buah ketiga dari berbuat kebaikan adalah kebaikan itu akan memantul kepada diri pelakunya. Sebagaimana ayat di dalam Al-Quran:"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri (QS. Al Isra ayat 7)"
Allah SWT akan memberikan balasan yang lebih besar kepada pelaku kebaikan. Oleh karenanya pelaku kebaikan pada dasarnya berbuat baik kepada dirinya sendiri. Secara logika seseorang yang memberi bantuan uang telah kehilangan uangnya. Namun, secara hakikat karena uang tersebut akan dikembalikan kepada dirinya. Uang tersebut pada hakikatnya sedang diinvestasikan dengan jumlah yang berlipat-lipat kali lebih besar. Sesungguhnya ia sedang berbuat baik kepada dirinya sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barangsiapa yang bersedekah dengan sesuatu yang senilai dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, sedangkan Allah tidaklah menerima kecuali yang thayyib (yang baik), maka Allah akan menerima sedekahnya dengan tangan kanan-Nya kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya seperti seorang di antara kalian membesarkan kuda kecilnya hingga sedekah tersebut menjadi besar seperti gunung. (HR. Bukhari)"
Harta yang diserahkan kepada manajer investasi yang dilakukan oleh manusia bisa untung, bisa juga rugi. Namun, jika pengelola harta tersebut adalah Allah SWT, maka tidak diragukan lagi keuntungannya akan berlipat ganda. Pelaku kebaikan akan mendapatkan keuntungan baik di dunia maupun di akhirat.
Masih banyak lagi hal-hal yang bisa didapatkan oleh pelaku kebaikan. Allah SWT memberikan jaminan kehidupan yang baik untuk mereka yang mengerjakan kebaikan. Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. An-Nahl ayat 97)"
Pelaku kebaikan akan mendapatkan kehidupan yang baik. Kehidupan yang baik dapat menjadi modal untuk melakukan kebaikan selanjutnya. Begitulah idealnya siklus orang-orang yang mengalami perbaikan kualitas hidup. Namun, banyak orang yang berhenti berbuat baik ketika ia sudah sering berbuat baik tetapi orang-orang di sekitarnya tidak melakukan hal yang sama.
Setiap orang akan bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing. Jika seseorang menginginkan kehidupannya menjadi semakin baik, ia harus tetap melakukan kebaikan. Jangan lelah melakukan kebaikan.
Wallahu a’lam bishshowab.
Posting Komentar