Pengendara kendaraan yang melanggar aturan sering menimbulkan kecelakaan. Salah satu trik yang dilakukan oleh pemerintah Turki adalah menaruh mobil-mobil polisi palsu di pinggir jalan. Efeknya adalah para pengguna jalan yang biasanya ngebut memperlambat kecepatan karena takut ditilang oleh polisi. Ini membuktikan bahwa perasaan di awasi membuat manusia berhati-hati dalam bertindak.
Trik untuk menunjukkan bahwa proses pengawasan sedang dilakukan juga banyak dilakukan di dalam berbagai hal. Contohnya adalah tulisan “Di sini ada CCTV”, atau “Tamu harap lapor satpam”. Tulisan tersebut merupakan salah satu cara untuk meyakinkan bahwa lokasi tersebut dijaga dan diawasi. Begitu juga dengan boneka jerami yang dipasang ditengah sawah pada dasarnya adalah untuk mengirim pesan kepada burung-burung agar mereka tidak memakan padi.
Perasaan merasa diawasi dijelaskan Nabi Muhammad SAW dengan kata ihsan. Yaitu konsep bahwa manusia merasakan kehadiran Allah SWT dan meyakini bahwa Allah SWT selalu mengawasinya. Nabi Muhammad SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
"…Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu… (HR. Muslim)"
Ihsan akan menentukan kualitas ibadah seseorang. Orang yang yakin bahwa Allah SWT Maha Melihat (Al Bashir) akan khusyuk dengan ibadahnya. Jika tidak yakin tentu pikirannya akan melayang kepada selain Allah SWT. Bahkan bisa jadi dalam keadaan sujud pun dia tidak merasakan kehadiran Allah SWT. Padahal sujud adalah posisi yang sangat dekat dengan Allah SWT. Banyak orang-orang yang menangis saat bersujud karena merasa dekat dengan Allah SWT. Rasulullah bersabda:
"Keadaan paling dekat seorang hamba dari Tuhannya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya). HR. Muslim."
Ihsan juga akan membuat seseorang berhati-hati dalam bertindak. Kecenderungan untuk berbuat dosa akan hilang jika seseorang merasakan kehadiran Allah SWT di manapun dia berada.
Salah seorang shahabat nabi Muhammad SAW, yaitu Umar bin Khattab adalah kepala negara yang sering blusukan di malam hari untuk mengetahui apa yang terjadi di masyarakat. Bagi Umar bin Khattab terpenuhinya kebutuhan masyarakat berupa makanan, pendidikan, kesehatan adalah hal yang penting. Namun yang lebih penting lagi bagi Umar bin Khattab adalah memastikan rakyatnya sholih sehingga bisa selamat di akhirat dan masuk ke dalam surga.
Pada suatu malam Umar bin Khattab mendengarkan dengan diam-diam percakapan gadis penjual susu dengan ibunya. Ibu penjual susu menyuruh anaknya untuk mencampur susu dengan air agar keuntungannya lebih besar. Anaknya menolak dan berkata bahwa itu melanggar aturan dan pasti akan dihukum oleh Umar bin Khattab sebagai khalifah. Ibu penjual susu mengatakan bahwa Khalifah Umar bin Khattab tidak akan tahu perbuatan itu. Sang gadis penjual susu berkata bahwa benar Umar bin Khattab tidak melihat, tetapi Tuhan dari Umar bin Khattab pasti melihat perbuatan tersebut.
Keesokan harinya Umar bin Khattab menyuruh Ashim bin Umar putranya untuk melamar gadis penjual susu. Umar bin Khattab yakin bahwa gadis penjual susu tersebut memiliki sifat ihsan yang kuat karena selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Kelak dari pasangan Ashim bin Umar dan gadis penjual susu lahirlah keturunan yang bernama Umar bin Abdul Aziz yang merupakan khalifah yang terkenal sangat adil.
Umar bin Khattab pernah menguji seorang penggembala kambing yang sedang menjaga kambing. Penggembala ini adalah budak yang dimiliki tuannya. Karena belum ada media TV dan media sosial, penggembala tidak mengenali Umar bin Khattab yang merupakan seorang kepala negara. Umar bin Khattab meminta pengembala menjual salah seekor kambing yang dijaganya. Penggembala menolak dan mengatakan bahwa kambing-kambing tersebut milik tuannya, bukan miliknya.
Umar bin Khattab terus mendesak dan mengatakan bahwa tuannya tidak akan tahu. Seandainya tahu, dia bisa beralasan bahwa kambing tersebut hilang. Penggembala kambing marah dan berkata, “Wa aina Allah!” Umar bin Khattab menangis mendengar jawaban penggembala yang artinya adalah “Lalu dimana Allah!”
Umar bin Khattab kemudian mencari tuan dari penggembala tersebut dan menebusnya sehingga terbebas dari perbudakan. Umar bin Khattab juga membeli beberapa ekor kambing dihadiahkan kepada penggembala kambing. Umar bin Khattab berkata, “Kalimat ‘wa aina Allah’ yang kamu ucapkan telah membebaskan kamu dari perbudakan di dunia. Semoga kalimat itu akan membebaskan kamu kelak di akhirat.”
Di dalam banyak ayat Al Quran sering didapati kalimat yang diakhiri pesan bahwa Allah SWT mengetahui segalanya. Antara lain:
"…dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An Nisa’ ayat 134),
… sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu. (QS. At Taubah ayat 115),
… sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di dalam dada (Al Imran ayat 119),
… Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (QS. Al-Baqarah ayat 216),
… dan sesungguhnya Allah amat mengetahui segala yang gaib (QS. At Taubat ayat 78),
… dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Mulk ayat 14),
… Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan. (QS. An-Nahl ayat 19)"
Kalimat yang menyiratkan bahwa Allah SWT Maha Melihat dan mengawasi alam semesta yang disampaikan berulang-ulang menunjukkan bahwa Allah SWT menginginkan agar manusia merasakan adanya pengawasan Allah SWT. Kalimat tersebut diulang-ulang agar masuk ke dalam alam bawah sadar (Subconscious Mind) agar di mana pun seseorang berada, alam bawah sadarnya selalu mengingatkan bahwa Allah selalu mengawasinya.
Sahl bin Abdullah, seorang tokoh yang terkenal akan keshalihan dan kebijakannya menceritakan bahwa di saat kecil dia ditanya oleh pamannya. “Apakah kamu mengingat Allah yang telah menciptakanmu?” Sahl bin Abdullah bertanya kepada pamannya bagaimana cara agar dapat selalu mengingat Allah SWT. Pamannya menjawab,” katakanlah di dalam hatimu saat kamu berbaring di tempat tidur, “Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku.”
Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta. Tidak ada satu peristiwa kecuali Allah SWT mengetahuinya. Bahkan setiap biji yang berada di kegelapan di dalam tanah diketahui oleh Allah SWT. Setiap biji tidak akan bisa tumbuh kecuali atas kehendak Allah SWT. Jika biji tersebut dikehendaki oleh Allah SWT untuk tumbuh, maka biji tersebut diberikan akar yang berguna untuk mencari air dan makan untuk tumbuh menjadi tanaman di bumi manapun dia berada. Di dalam Al Quran dijelaskan:
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) (QS. Al Anam ayat 59)"
Jika seseorang terluka, maka yang bisa dilakukan oleh dokter hanyalah menjahit luka tersebut. Namun demikian yang menyembuhkan luka tersebut adalah Allah SWT. Dokter tidak akan sanggup membuat kembali sel-sel kulit yang baru serta menjadikannya kulit yang rapat kembali. Bayangkan seandainya Allah SWT tidak memiliki sifat Maha Melihat sehingga tidak mengetahui adanya luka yang diderita seseorang. Tentu luka-luka yang ada pada manusia tidak bisa sembuh.
Allah SWT mengetahui bukan hanya apa yang manusia lakukan. Tetapi juga mengetahui apa yang ada di dalam hati manusia. Allah SWT berfirman di dalam Al Quran:
"Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (QS. At-Taghaabun ayat 4)"Wallahu a’lam bisshowab.
Posting Komentar