UXGwYckfCgmqHszQE5iamiTBKMiIQBNym46UNkvU
Lembar Nasihat

Ketika Tuhan Membuka Tirai untuk Para PencariNya

  


Penulis pernah melihat seorang ibu yang mengendap-endap mendatangi anaknya. Karena ada kegiatan yang harus diikuti, ibu tersebut terpaksa harus berpisah sementara dengan anaknya. Berpisah sementara saja, tapi bagi anak di bawah tiga tahun, itu waktu yang sangat lama karena terbiasa menempel dengan ibunya.

Ibunya mendatangi dengan diam-diam karena ingin tahu apa yang dikerjakan anaknya selama ditinggal. Apakah baik-baik saja, atau bersedih karena berpisah cukup lama dengannya? Sepertinya ia ingin mengetahui kemampuan anaknya beradaptasi dengan lingkungan saat ditinggal.

Anaknya terlihat baik-baik saja. Tidak menangis dan asyik memperhatikan anak-anak lain yang bermain. Setelah ibunya memanggil namanya, anak terkejut, menangis, dan memberikan isyarat ingin dipeluk dan digendong ibunya. Rupanya ia telah menahan rindu sedemikian kuat. Saat ia menyadari kehadiran ibunya, rindunya memuncak dan tertumpahkan dalam bentuk tangisan.

Fenomena menangisnya anak setelah mengetahui ibunya berada di dekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan kenapa ada orang yang tiba-tiba menangis saat beribadah. Saat ia menyebut atau memuji nama Tuhan, tiba-tiba ia merasakan kehadiranNya.

Tuhan sangat Dekat, Namun Manusia tidak Menyadarinya

Sebenarnya Allah SWT selalu dekat dan melihat hambaNya. Manusia yang terikat ruang dan waktu saja bisa melihat dan mengawasi seseorang dari jarak ribuan kilometer. Dengan teknologi video call, seseorang yang berada di Amerika bisa berbicara dengan seseorang yang berada di Indonesia. Apalagi Allah SWT yang tidak terikat ruang dan waktu.

Allah SWT menyatakan bahwa diriNya dekat dengan hambaNya di dalam Al-Quran:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah ayat 186)
Begitu dekatnya sehingga apa yang dibisikan oleh hati pun diketahui oleh Allah SWT:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (QS. Qaf ayat 16)
Meskipun Allah SWT sangat dekat, jika Dia tidak membuka tiraiNya kepada seseorang, maka orang tersebut tidak akan bisa merasakan kehadiranNya. Meskipun ribuan kali dikatakan kepadanya bahwa Tuhan Maha Melihat, ia tidak bisa merasakan sedang diawasi oleh Tuhan. Seperti cerita ibu di atas. Selama ia tidak menegur anaknya, anaknya tidak akan tahu.

Ketika Cahaya Hidayah Masuk ke Dalam Hati

Saat Allah SWT membuka tirai penghalang, otomatis manusia akan bisa merasakan adanya Allah SWT. Proses ketika Allah SWT membuka tirai diistilahkan dengan tajalli. Bertajalli bukan berarti Allah SWT menampakkan Dzatnya kepada manusia. Ia menampakkan diriNya dengan membuat manusia merasakan adanya diriNya dan merasakan keagungan dan kebesaranNya.

Manusia tidak akan sanggup melihat Dzat Allah SWT. Gunung yang kokoh saja akan hancur lebur jika melihat cahaya Allah SWT. Di dalam Al-Quran diceritakan kisah Nabi Musa yang ingin melihat Allah SWT:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yg telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.” Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yg pertama-tama beriman.” (QS. Al-A’raf ayat 143)
Peristiwa menyaksikan adanya Allah SWT disebut musyahadah. Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang musyahadah ini saat ditanya malaikat Jibril yang menyamar menjadi manusia. Malaikat Jibril ingin memberi pelajaran kepada para sahabat Nabi yang hadir. Malaikat Jibril bertanya tentang apa arti ihsan. Nabi menjawab:
... Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihat engkau ... (HR. Muslim)
Ketika Allah SWT membuka dan memperkenalkan diriNya kepada seorang hamba, itu adalah karunia yang besar bagi seorang hamba. Jika seorang raja di dunia datang memperkenalkan dirinya dan menjadi sahabat saja sudah merupakan karunia, bagaimana jika yang memperkenalkan diri adalah Allah SWT yang Maha Pencipta.

Saat Manusia telah Mengenal Tuhannya

Saat Allah SWT membuka tiraiNya, maka manusia akan mampu melihat bahwa semua yang terjadi di dunia adalah kehendakNya. Semua peristiwa di dunia diatur olehNya. Pandangannya mereka yang telah terbuka akan tertuju hanya kepadaNya.

Seperti seseorang yang karyawan yang menerima uang gaji dari bendahara perusahaan. Ia mengetahui bahwa hakikatnya yang memberinya uang bukanlah bendahara melainkan pemilik perusahaan. Bendahara bukan pemilik uang dan hanya pion yang menjalankan perintah pemlik perusahaan. Semua yang ia terima dari perusahaan, ia yakini atas kehendak pemilik perusahaan.

Demikian juga dengan manusia yang telah dibukakan tirai oleh Allah SWT. Ketika ia mendapat uang dari seseorang, maka rasa terimakasihnya yang terbesar ditujukan kepada Allah SWT. Selain mengucapkan terimakasih kepada pemberi uang, ia mengucapkan alhamdulillah untuk memuji Allah SWT yang telah memberinya nikmat.

Bandingkan dengan orang yang masih tertutup pandangan hatinya, Ia tidak mampu melihat bahwa rezeki yang ia dapat sesungguhnya berasal dari Allah SWT. Yang ia lihat dengan matanya adalah uang berasal dari orang lain. Tidak pernah terucap dari bibirnya pujian kepada Allah SWT.

Orang yang telah dibukakan tirai, saat mendapat musibah meyakini bahwa musibah tersebut berasal dari Allah SWT. Ia akan melihat kembali apa yang telah dilakukannya, Ketika ia melihat ada perbuatan dosa yang membuat Allah SWT menegurnya, ia beristighfar. Ketika ia melihat bahwa Allah SWT sedang mengujinya untuk menaikkan derajatnya, ia bersabar dan mengharapkan pahala kesabaran.

Dibukanya tirai sehingga menjadi makrifat (mengenal) Tuhan adalah karunia yang besar. Sebagian orang mendapatkan karunia ini karena memang berusaha mencari Tuhan di dalam kehidupannya. Kejujurannya untuk mengenal Tuhan akan membawa seseorang mendapat hidayah. Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan yang diceritakan di dalam Al-Quran.

Pemilik sebuah rumah merasa tidak perlu membuka pintu kepada mereka yang memang tidak memiliki keperluan dengan pemilik rumah. Namun, saat ada yang mengetuk, tuan rumah tentu akan membuka pintunya. Begitulah dengan orang-orang yang merasa membutuhkan Tuhan. Mereka berusaha lebih dekat denganNya dengan terus mengetuk mengharap dibukanya tirai penghalang.

Kenapa seorang ibu sangat mencintai dan melindungi bayinya? Karena ia melihat bahwa bayinya sangat bergantung kepada dirinya. Bayinya hanya menangis jika melihat dirinya. Bayinya tidak perduli dengan orang lain, bayinya hanya menginginkan dirinya.

Jika manusia telah menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tempat bergantung sebagaimana bayi kepada ibunya, tunggulah saatnya tiba. Saat Tuhan membuka tirai untuknya.

Wallahu a'lam bishshowab

Lebih lamaTerbaru

1 komentar

Translate